- Gadis berusia 16 tahun ini berhasrat membela timnas putri Indonesia.
- Masa kecil Reva lebih banyak dihabiskan dengan anak laki-laki.
- Dulu, mojang Bogor ini sering adu jotos dengan temannya.
SKOR.id – Targetnya cuma membawa Persib Putri juara Liga 1 Putri 2019, tapi nasib baik menemani langkahnya. Bukan cuma gelar juara yang disunting, mojang Bogor ini mendapat predikat pemain terbaik. Nama Reva Octaviani pun kontan berkibar.
Bagaimana kisah Reva bisa terjun dalam sepak bola? Seperti apa resolusinya pada 2020 dan harapan besar dalam karier sepak bola? Berikut wawancara eksklusif TopSkor dengan gadis berusia 16 tahun ini, lewat sambungan telepon:
Reva apa kabar. Lagi di mana sekarang?
Alhamdulillah baik. Reva lagi di Bogor, menikmati liburan bersama keluarga.
Bagaimana ekspresi ibu saat kamu pulang ke Bogor dengan dua gelar Liga 1 Putri?
Ibu haru dan senang pastinya. Dia bahagia saya bisa memberikan prestasi terbaik pada klub dan mengharumkan nama keluarga. Mama bilang, setelah sukses ganda ini, semuanya tinggal gimana saya melangkah ke depan. Mama akan terus mendukung.
Kamu dan ibu sama-sama enggak nyangka jadi best player ya?
Iyalah. Kan banyak pemain senior. Bahkan para pemain timnas yang tampil di kompetisi Liga 1 musim ini. Sementara saya masih anak bawang. Siapa yang menyangka bisa tampil lebih bagus dibandingkan para pemain senior. Terus terang, itu kejuraan paling menyenangkan di kompetisi musim lalu.
Berapa gol yang kamu ciptakan dalam kompetisi?
Duh lupa euy. Antara empat atau lima gol deh. Sedikit sih, karena posisi bermain saya kadang di gelandang serang. Sesekali dimainkan sebagai second striker. Tapi saya tetap mensyukuri karena dari sana gelar best player jadi milik saya.
Apa langkah ke depannya?
Yang pasti saya harus bisa berprestasi lebih bagus lagi di tahun berikutnya. Mengoleksi gelar terbaik di setiap event yang diikuti Persib dan menjaga nama baik Persib di manapun bertanding.
Kalau target timnas?
Wow, pengen banget bisa tembus timnas. Jujur, setiap kali tampil di kejuaraan atau kompetisi, saya selalu berharap hasil terbaik. Karena itu bisa jadi modal masuk timnas. Makanya saya tidak pernah mau kalah untuk dapat prestasi terbaik. Inginnya sih, tahun ini saya bisa berseragam timnas Indonesia.
Sudah siap mental masuk skuat nasional?
Saya memang masih muda, masih 16 tahun. Kelahiran 8 Oktober 2003. Tapi saya sudah siap mental jika dipanggil timnas. Karena jadi pemain timnas harapan semua pemain. Target saya pribadi masuk timnas pada 2020.
Bagaimana ceritanya kamu nyebur di sepak bola?
Karena saya suka sepak bola. Dari kecil mainnya sama lelaki. Enggak punya teman perempuan. Sudah pasti, kalau mainnya sama laki-laki, olahraganya sepak bola. Enggak ada olahraga yang lain.
Apa sih enaknya sepak bola?
Seru dan ramai saja. Apalagi kalau mainnya sambil hujan-hujanan, makin seru main bolanya. Kalau sudah begitu, pasti gampang ribut antarteman. Ending-nya adu jotos deh.
Kamu sering adu jotos?
Enggak sering sih. Tapi pernah. Kalau dijotos enggak nangis. Malah balik balas jotos. Ya namanya anak-anak. Pokoknya dipukul ya harus balas pukul. Pokoknya tomboi banget.
Sekarang masih tomboi enggak?
Sudah enggak. Sudah mulai feminim dong. Kan sudah mulai besar. Sudah jauh berubah dibandingin dulu-dulu. Tapi, kalau diajak main bola, mau panas mau hujan, ayo aja. Susah nolaknya (tertawa).
Habis main bola langsung perawatan dong?
Enggak juga. Tergantung males apa enggaknya. Kalau males dan gabut, ya enggak dandan atau perawatan. Kalau pengen baru perawatan. Paling maskeran yang utama.
Perawatannya di rumah atau salon?
Di rumah aja. Enggak ke salon. Toh Enggak pernah ada perawatan khusus selama ini. Tampil apa adanya aja.* Dani Wihara