- Klub akan dibatasi kepemilikan pemain naturalisasi dan APPI menyebut itu sebagai pelanggaran HAM.
- APPI bersuara soal rencana kebijakan baru di kompetisi Liga Indonesia soal aturan pembatasan pemain naturalisasi.
- Ada wacana kuat setiap klub dari Liga Indonesia khususnya kasta teratas hanya boleh dua pemain naturalisasi mulai musim depan.
SKOR.id - Sarasehan Sepak Bola Nasional telah digelar PSSI di Surabaya pada Sabtu (4/3/2023). Agenda itu menghasilkan sejumlah poin-poin.
Salah satu poin dari agenda itu adalah pembatasan pemain naturalisasi bagi klub. Selain itu ada soal penambahan kuota pemain asing.
Dari sarasehan itu juga menghasilkan keputusan soal jadwal kompetisi sepak bola nasional untuk musim 2023-2024.
Tentunya hasil poin-poin tersebut di atas masih memiliki banyak catatan untuk dapat diimplementasikan nantinya.
Dalam rilisnya, APPI menyebut pembatasan pemain naturalisasi merupakan suatu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

Menurut APPI, setelah seseorang dinyatakan menjadi Warga Negara Indonesia (WNI), mereka punya hak sama dengan sesamanya.
"Seyogyanya, ia (pemain naturalisasi) mendapatkan hak yang sama dengan WNI lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Hal ini tidak sejalan dengan Universal Declaration of Player Rights dan FIFA’s Human Rights Policy. Jika naturalisasi dianggap suatu polemik di sepakbola nasional, perlu dicari solusi terbaik dan bukan malah membatasi jumlahnya dalam setiap tim. Terlebih sebagian dari pemain-pemain tersebut pernah dan bahkan masih menjadi pemain aktif dari tim nasional Indonesia," tulis APPI.
Ditegaskan pula APPI, sebagian dari mereka para pemain naturalisasi memilih menjadi WNI karena kebutuhan dan permintaan untuk tim nasional.
"Perlu diperjelas tujuan adanya pembatasan bagi pemain naturalisasi," tulis APPI dalam rilisnya.
"Jika tujuan pembatasan pemain adalah untuk pengembangan pemain lokal, namun hal ini tidak sejalan dengan rencana penambahan kuota pemain asing."
"Hal serupa juga dengan adanya usulan salary cap juga perlu dikaji lebih mendalam," tulis mereka menambahkan.
Soal salary cap, kajian wajib dilakukan lebih lanjut dikarenakan FIFA juga mengarahkan untuk setiap federasi memberikan batasan salary minimum.

"Jika salary cap diterapkan menjadi suatu aturan, perlu ditambahkan regulasi menggunakan minimum salary agar tidak terjadinya disparitas antar pemain di Indonesia."
Ditegaskan APPI, hal lain yang perlu dikaji lebih lanjut juga adalah mengenai jadwal kompetisi.
"Tujuan untuk memberikan waktu lebih luas bagi kompetisi Liga 2 merupakan suatu program yang baik," tulis mereka.
"Namun jika dilihat dari segi timeline, akan sangat berbenturan satu dengan yang lain," tambah APPI dalam rilisnya ini.
"Seperti Liga 2 musim 2023-2024 yang direncanakan akan berakhir pada Juni 2024. Namun, Liga 1 2024 akan terselenggara pada Juli 2024 sebagaimana akan terselenggara pada musim sebelumnya (Juli 2023)."
Disebutkan APPI, ini menandakan pemain yang promosi dari Liga 2 musim 2023-2024 yang akan bermain di Liga 1 2024-2025 hanya memiliki waktu istirahat sebulan saja.
Terkait hal-hal tersebut, APPI telah mengirimkan surat kepada PSSI untuk dapat dibuatkan suatu audiensi guna membahas hal-hal tersebut.
"Harapan kami, agar pemain dapat dilibatkan dalam pengambilan keputusan sehigga menjadi suatu transformasi bagi sepak bola Indonesia," tulisnya.
"Jika ingin meningkatkan kualitas dan standar sepak bola itu, semua dilibatkan. Itu berkaca dari sepak bola di negara-negara yang maju."