- Teabagging sendiri menggambarkan tindakan seorang pemain (biasanya lawan) yang secara sengaja melakukan gerakan berjongkok dan berdiri di atas pemain lain yang telah mati secara berulang-ulang.
- Tujuan dari Teabagging ini sendiri merupakan sebuah ejekan universal yang digunakan dalam game fighting, game FPS, atau game olahraga.
- Tetapi semenjak isu mengenai LGBTQ+ mulai menjadi salah satu bahasan isu global, yang akhirnya berindikasi kepada taunting Teabagging ini yang dianggap sebagai salah satu pelecehan seksual.
SKOR.id - Pada awal bulan Juli ini industri esport sempat dikejutkan dengan adanya pelecehan seksual in-game yang terjadi.
Hal ini bermula dari pengguna akun Twitter tersebut membagikan sebuah screenshot dari Discord yang memperlihatkan pembicaraan mengenai Teabagging yang dianggap sebagai pelecehan seksual.
Salah satu pengguna Discord mengatakan bahwa dirinya tidak terima jika seseorang melakukan gerakan tersebut apalagi mengarahkan bagian “tidak sopan” ke wajah karakter gamenya.
Dalam video game, Teabagging sendiri menggambarkan tindakan seorang pemain (biasanya lawan) yang secara sengaja melakukan gerakan berjongkok dan berdiri di atas pemain lain yang telah mati secara berulang-ulang.
Sehingga secara gerakan hal tersebut mirip dengan gerakan mencelupkan kantong teh celup, maka dari itu disebut sebagai Teabagging.
Tujuan dari Teabagging ini sendiri merupakan sebuah ejekan universal yang digunakan dalam game fighting, game FPS, atau game olahraga.
Atau hampir mirip dengan ejekan recall-recall saat berhasil membunuh musuh di permainan Mobile Legends.
#ThrowbackThursday to when @FNATIC @ShakzLDN pulled this SAVAGE teabag / pop-off ???? combo against @Methodgg @DopeBoyPackz in the #EliteSeries ???? Got the sass to take to the main stage?
Sign up FREE right here: https://t.co/OcQ1zvdykP pic.twitter.com/OjmIXEnteu— Gfinity (@Gfinity) August 23, 2018
Melansir dari Kotaku, istilah Teabagging dalam game ini sendiri diperkirakan pertama kali muncul dalam game Counter Strike atau Quake pada 1999.
Namun baru benar-benar viral ketika pada tahun 2001 ketika rilisnya Halo: Combat Evolved.
Dimana dalam game tersebut setelah satu pemain membunuh pemain lain, pemain yang mati masih bisa melihat layar mereka untuk beberapa saat.
Sehingga cukup waktu bagi pemain lain untuk mengejek pemain yang mati tersebut.
Hingga akhirnya taunting berupa Teabagging tersebut kemudian populer dalam game lainnya yang mempunyai mekanisme gerakan jongkok, seperti World of Warcraft dan Street Fighter II.
Tetapi semenjak isu mengenai LGBTQ+ mulai menjadi salah satu bahasan isu global, yang akhirnya berindikasi kepada taunting Teabagging ini yang dianggap sebagai salah satu pelecehan seksual.
Apex Pred player Dilly was permanently disqualified from “Fate Legion” tournaments after he teabagged his own teammate in an event. Despite it also not being mentioned in the rules. pic.twitter.com/HOyryDw8da— Jake Lucky (@JakeSucky) July 16, 2022
Padahal seperti yang dibahas sebelumnya, Teabagging ini hanya bertujuan untuk mengejek lawan sehingga mentalnya jatuh dan akan berimplikasi terhadap game selanjutnya.
Sehingga kini Teabagging dianggap sebagai salah satu taunting yang sangat tidak disarankan dalam ekosistem game.
Masih banyak taunting lainnya yang bisa dilakukan seperti melakukan tembakan ke langit untuk game FPS atau melakukan in-game chat untuk game-game MOBA.
Berita Esport lainnya:
Game Corner: Rekomendasi Build Item Valir Mobile Legends
Game Corner: Tips Maksimalkan Karakter Homer Free Fire