- Sebelum menjadi finalis World PES League 2019, Lucky Ma'arif harus melalui perjalanan panjang dan berliku.
- Lucky kerap menemui kegagalan di awal kariernya, namun ia berani mengambil keputusan besar dalam hidupnya.
- Lucky memutuskan untuk resign dari pekerjaan demi menekuni dunia esports.
SKOR.id - Tahun 2019 adalah tahun yang tak terlupakan bagi Lucky Ma'arif. Keahliannya memainkan game Pro Evolution Soccer (PES) mengantarkan keliling dunia.
Lucky Ma'arif dan tim Wani dari Indonesia hampir saja keluar sebagai juara dunia turnamen World PES League 2019, di London, Inggris.
Namun sayang pada partai final dia kalah oleh wakil Brazil, Eligasul Stars, dengan skor 0-3.
Berita Esports Lainnya: Isi Waktu Luang, IBL Akan Gelar Kompetisi Esports
Lucky menuturkan, dirinya sudah bermain game sepak bola sejak kecil. Namun baru di tahun 2011 dia berkenalan dengan PES.
Di tengah kesibukannya berkerja saat itu, Lucky iseng mengikuti turnamen tingkat lokal di Kota Surabaya. Namun hasilnya nihil, dia tak pernah keluar sebagai juara.
"Pertama kali tahun 2011, setelah lulus SMA tahun 2010. Karena saya sekolah SMK jadi waktu itu sudah kerja. Pas pulang kerja lihat ada brosur, ada kompetisi, saya coba iseng-iseng. Tapi hancur juga awal-awal," ujarnya lantas tertawa.
Namun, kegagalan tak membuat Lucky patah semangat. Dia terus mengasah permainannya di sebuah rental daerah Kutisari, Surabaya.
Di situ ia digembleng langsung oleh pemilik rental dan sekaligus seorang PES player terkenal di Surabaya, Ahmad Habibie.
"Saya sama teman-teman punya basecamp di Kutisari, sebuah rental yang punya partner saya Ahmad Habibie," kata Lucky.
"Dia sekaligus manajer kecil-kecilan, yang benar-benar bawa saya dari nol sampai akhirnya bisa juara dunia. Yang benar-benar ngajarin bagaimana teknikal dan terutama mental, ya dia itu," Lucky menerangkan.
Selama tiga tahun lamanya dari tahun 2011 sampai 2014, Lucky akrab dengan kegagalan.
Tak satu pun gelar juara tingkat nasional berhasil diraihnya. Namun, dalam kondisi seperti itu, dia justru mengambil keputusan penting dan amat berani.
Lucky memilih resign kerja meskipun dia sering gagal dalam turnamen esports PES League.
"Saya keluar tahun 2014, nggak tahu apa yang ada di pikiran, padahal pekerjaan juga lumayan, orang tua saat itu juga bertanya-tanya. Kompetisi PES dulu juga tak sebesar DOTA atau CS (Counter Strike), sama sekali enggak kepikiran sampai sebesar sekarang," tuturnya.
Tak lama kemudian ketekunanya mulai membuahkan hasil. Setelah melepas pekerjaan, Lucky langsung juara nasional di Bandung pada 2015.
Berita Esports Lainnya: FlyToMoon Gantikan Gambit Esports di WePlay! Pushka League
"Di kompetisi itu saya benar-benar dapat mental bertanding," ujarnya.
Sejak saat itu karier Lucky mulai menanjak. Dia mulai sering juara mulai tingkat nasional, Asia Tenggara, Asia hingga akhirnya menjadi finalis World PES League di Inggris.