- Cinta mantan pebulu tangkis peraih medali emas Olimpiade, Alan Budikusuma dan Susy Susanti bersemi di lapangan badminton.
- Mereka mengaku mulai berpacaran sejak tahun 1988, saat dipanggil ke Pelatnas PBSI.
- Setelah menikah selama 23 tahun, Pasangan Emas Olimpiade Indonesia itu telah dikaruniai tiga anak yang sudah beranjak dewasa.
SKOR.id – “Witing tresno jalaran soko kulino”, mungkin bisa menggambarkan jalinan cinta “Pasangan Emas Olimpide Indonesia”, mantan pebulu tangkis Susy Susanti dan Alan Budikusuma.
Dunia turut menjadi saksi ketika Susy Susanti dan Alan Budikusuma merebut medali emas bulu tangkis tunggal putri dan putra di Olimpiade Barcelona 1992.
Rakyat Indonesia ikut menangis bersama-sama Susy Susanti dan Alan Budikusuma saat lagu Indonesia Raya berkumandang di arena pertandingan.
Lima tahun kemudian, rakyat Indonesia juga turut memberikan doa ketika Susy dan Alan melangsungkan pernikahan setelah pacaran selama sembilan tahun.
Sesungguhnya, cinta telah mengikat hati keduanya, bahkan sebelum mereka mengharumkan olahraga bulutangkis Indonesia di dunia internasonal.
Bermula di Lapangan Badminton
Dan, pastinya, lapangan badminton menjadi tempat bermulanya cinta pasangan yang telah menikah selama 23 tahun tersebut.
Alan mengenal Susy ketika sama-sama jadi atlet PB Jaya Raya Jakarta. Namun, kedekatan di antara mereka baru terjalin di Pelatnas PBSI, yang saat itu masih bermarkas di Senayan.
"Kami cuma bertemu sebentar di Jaya Raya lantaran saya dipanggil pelatnas tahun 1985. Tak lama Susy juga dipanggil ke pelatnas pratama," Alan mengenang pertemuannya dengan sang pujaan hati.
Susy tidak menampik bahwa perasaan saling suka itu timbul karena mereka tinggal dalam satu asrama yang sama. Mereka bertemu praktis setiap hari.
Dari makan hingga berlatih di lapangan pun dijalani bersama. Kecocokan itu makin terasa seiring obrolan yang mereka lakukan setiap waktu luang.
Alan membenarkan bahwa sejak di Pelatnas itu mereka mulai berteman, saling tukar pikiran, hingga akhirnya keduanya sepakat menjalin hubungan.
"Witing tresno jalaran soko kulino" adalah ungkapan dalam bahasa Jawa, jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia artinya "cinta tumbuh karena terbiasa".
Seingat Susy, dia dan Alan mulai pacaran sejak tahun 1988. Tapi, tidak seperti anak zaman sekarang, gaya pacaran mereka dulu lebih sering diganggu oleh jadwal latihan.
“Kami dulu pacaran bukan untuk senang-senang karena masing-masing selalu sibuk dengan latihan,” ujar Susy.
Jalan-jalan pun di sekitar Senayan, yang dekat dengan kompleks Pelatnas. “Paling pergi ke Ratu Plaza atau menonton bioskop,” Alan menambahkan.
Tidak Disetujui
Seperti perjuangan mereka untuk merebut emas di Barcelona, hubungan cinta Susy Susanti dan Alan Budikusuma pun harus melewati banyak rintangan.
Banyak pihak tidak berkenan dengan kedekatan mereka, termasuk kedua orangtua masing-masing. “Mereka hanya ingin kami fokus dulu pada karier,” ujar Susy.
Konyolnya, diakui oleh Susy, dia selalu ditanya apakah sedang ada masalah dengan Alan setiap kali ia mengalami kekalahan di sebuah turnamen.
View this post on Instagram
“Padahal tak ada kaitan. Saya sedang kalah saja,” Susy mengingatnya, lalu tertawa.
Lalu, terjadilah momen bersejarah di Barcelona itu dan medali emas Olimpiade 1992 seakan menjadi simbol pengikat Susy Susanti dan Alan Budikusuma.
Niatan mereka untuk menikah pada tahun 1997 juga diprotes banyak orang. “Semua orang bilang tunggu dua tahun lagi. Tapi kami sudah memutuskan,” kata Susy.
Manusia berencana, Tuhan yang memutuskan. Ambisi Susy untuk meraih medali emas di Asian Games 1998 gagal terwujud, karena ia terlanjur berbadan dua.
Dilema muncul. Emas Asian Games adalah satu-satunya yang belum pernah dimenangkan oleh Susy Susanti, setelah hanya meraih perunggu pada Asian Games 1994 di Hiroshima.
Di tengah desakan untuk memprioritaskan karier, Susy akhirnya memilih untuk melanjutkan kehamilannya, melupakan Asian Games, dan menggantung raketnya.
Beda Karier
Hampir tiga dekade berlalu, sekarang Susy Susanti dan Alan Budikusuma memiliki tiga anak yang sudah beranjak dewasa. Dua putra dan seorang putri.
Satu hal yang patut dikagumi adalah bahwa Susy dan Alan bukanlah tipe orangtua yang mengharuskan anak-anak mereka untuk mengikuti jejak di dunia bulutangkis.
Laurencia Averina Wiratama, Albertus Edward Wiratama, dan Sebastianus Frederick Wiratama memang dibiasakan untuk berlatih bulu tangkis sejak kecil.
Namun, sekarang, ketiga anak mereka mengejar tujuan hidup yang berbeda.
Laurencia pernah bercerita bahwa sebenarnya dia pernah bermain di PB Astec milik kedua orangtuanya. Bahkan nyaris bergabung dengan PB Djarum.
View this post on InstagramHappy B'day dede ???????????????????????? wish you all the best, GBU????????
Walaupun sudah 18 tahun gantung raket, nama dan sosok Susy Susanti masih melekat di benak seluruh rakyat Indonesia.
Perjuangan Susy merebut berbagai gelar: Olimpiade, juara dunia, All England, Piala Uber, dan Piala Sudirman, memberikan banyak kegembiraan bagi masyarakat Indonesia.
Namun, Susy yang juara dunia lima kali (1989, 1993, 1994, 1996, 1997) itu mengaku tidak ingin anak-anaknya memilih berkarier di dunia yang sama dengannya.
“Banyak halangan yang akan mereka alami jika mereka memilih jalan hidup sebagai pemain bulu tangkis,” kata Susy, seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Susy mengkhawatirkan beban nama orangtua akan mengiringi setiap langkah anak-anaknya. “Mereka pasti akan selalu dibanding-bandingkan dengan kami.”
Alasan kedua, menurut Susy, peluang sukses sebagai atlet paling kecil dibandingkan profesi lain. Akan lebih baik jika memilih karier di bidang akademik.
“Jika jadi atlet, yang juara hanya satu dan setelah itu negara belum memiliki formula yang jelas. Perhatian terhadap atlet berprestasi yang pensiun belum sebagus di negara maju.”
Susy dan Alan harus berjuang dari dasar setelah menanggalkan karier mereka sebagai atlet, dan perjuangan mereka lumayan berat.
Lebih dari 10 tahun, pasangan ini jatuh bangun mengembangkan sejumlah bisnis: termasuk perusahaan apparel bulu tangkis Astec dan sport massage center Fontana (yang dibangun bersama Elizabeth Latief).
Luar biasanya, menurut Alan, istrinya tidak pernah meninggalkan karakternya di lapangan badminton, walaupun sudah berstatus istri dan ibu rumah tangga.
Sejak awal pernikahan mereka, kata Alan, Susy total melepas bulu tangkis dan sangat fokus membantunya membangun rumah tangga.
“Susi selalu fokus, disiplin, dan berkomitmen atas apa yang ia kerjakan. Ia mengurus anak sekaligus membantu saya mengembangkan usaha kami,” kata Alan.
Kecuali ada keperluan bisnis, Susy sendiri yang mengantar anak sekolah dan menyiapkan segala keperluan mereka. Waktu bersama anak-anak tak akan terulang, alasan Susy.
Namun, di balik semua kesibukan mereka, pasangan mantan atlet ini tetap menjaga cinta mereka membara seperti saat pertama berpacaran.
Susy Susanti dan Alan Budikusuma akan selalu terlihat mesra di mana pun, bahkan saat menonton bioskop berdua, atau saat liburan ke luar kota maupun ke luar negeri.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.
Selain Marc Klok, dua pemain basket, Brandon van Dorn Jawato dan Lester Prosper, juga resmi dinaturalisasi sebagai Warga Negara Indonesia. pic.twitter.com/Mchjtuchpf— SKOR Indonesia (@skorindonesia) November 12, 2020
Berita Entertainment Lainnya:
Tak Pulang ke Australia, Jacob Pepper Perlancar Berbahasa Indonesia