- Striker Atletico Madrid, Luis Suarez bertemu Sofia Balbi ketika mereka sama-sama masih remaja belasan tahunan.
- Luis Suarez, dari keluarga miskin, bekerja sebagai petugas kebersihan, Sofia anak dari keluarga kaya.
- Tanggal 8 Oktober lalu menandai kebersamaan pasangan ini selama 18 tahun.
SKOR.id – Tanggal 8 Oktober kemarin ternyata adalah perayaan ulang tahun hubungan Luis Suarez dan Sofia Balbi. Bayangkan, mereka telah bersama selama 18 tahun!
Ketika mereka pertama kali bertemu, Luis Suarez bekerja sambilan sebagai penyapu jalanan, sedangkan Sofia Balbi adalah anak gadis dari sebuah keluarga kaya.
Lalu, keluarga Sofia Balbi pindah ke Eropa, dan Luis Suarez muda fokus sepenuhnya untuk mengejar karier sepak bola di belahan dunia yang sama dengan sang kekasih.
Sekarang pasangan itu telah menjadi keluarga yang bahagia, memiliki tiga anak, dan kisah cinta yang bisa digunakan untuk membuat film.
Sesungguhnya tidak ada yang lebih indah dari kisah cinta Luis Suarez dan Sofia Balbi.
Dalam banyak kesempatan Suarez selalu mengatakan bahwa ia tak akan sesukses sekarang jika bukan karena sang istri tercinta.
Ladang Impian
Suarez baru tujuh tahun ketika keluarganya pindah dari Salto (kota terbesar kedua di Uruguay) ke ibu kota, Montevideo, untuk kehidupan yang lebih rapi.
Tetapi, pekerjaan dan uang itu tidak kunjung datang: orangtuanya malah sering bertengkar dan akhirnya bercerai setelah dua tahun.
Ketujuh anak itu - lima laki-laki dan dua perempuan - tinggal bersama ibu mereka.
Kegembiraan Suarez hanyalah sepak bola. Dan jalanan panjang di belakang rumah mereka di distrik La Comercial dianggapnya sebagai ladang impian.
“Ada pohon lemon yang ditanam nenek saya di salah satu sisi jalan. Di sisi lain, ada tembok abu-abu besar, kawat berduri, dan menara penjara wanita lokal.
Di antara panti asuhan di sebelah penjara, penjara, dan bengkel di sisi rumah, ada sebuah jalanan berkerikil yang menjadi tempat Suarez dan kawan-kawan sepak bola.
Orangtua Suarez nyaris tidak mengawasi anak-anak mereka.
Sang ibu mencoba untuk mendapatkan penghasilan, misalnya dengan menyapu di stasiun kereta api. Si ayah terus kehilangan pekerjaan satu demi satu.
“Saya tidak pernah duduk bersama orangtua saya, mendengar mereka bicara ‘Dengar, Nak, saat besar nanti, hargai apa yang kamu miliki’, ‘Jangan pernah lupa asal-usulmu’...”
Karena faktor uang, Suarez mengaku sulit mengadopsi pengalaman orangtuanya, bagaimana cara hidup yang benar atau cara bertindak ketika berhasil.
“Saya akan senang jika saya memiliki percakapan seperti itu sebagai seorang anak."
Cinta Pandangan Pertama
Tapi, tak ada percakapan itu. Lalu, sosok Sofia Balbi yang baru 14 tahun muncul, dua tahun lebih muda, dari keluarga kaya dan berhati baik, seolah-olah dari dunia berbeda.
"Saya jatuh cinta pada Sofia pada pandangan pertama," Luiz Suarez berkata seperti itu, sambil tersenyum, walau sudah 18 tahun berlalu.
Dan Sofia pun tidak malu berteman dengan Suarez yang hanya seorang tukang kebersihan.
View this post on Instagram3 razones por las que siempre mirar para adelante.... los amo! ????????????
Mereka mengobrol di sebuah pesta, dan segera Suarez membuat janji dengannya di mal. Konyolnya, pemuda itu nyaris menghancurkan kencan pertamanya.
Entah siapa yang salah, mereka menunggu di lokasi berbeda. Suarez di dalam mal, Sofia di luar, di dekat pancuran.
Lama menunggu, Sofia menelepon ke rumah Suarez, untuk mencari tahu. Sialnya, kakak perempuan Suarez mengatakan bahwa adiknya sedang menemui pacarnya.
Sofia seperti baru ditampar, berpikir pemuda yang baru dikenalnya itu sudah punya pacar. Padahal, sesungguhnya “si pacar” itu tidak lain Sofia sendiri.
Meski begitu, Sofia tidak lama-lama marah dengan Suarez, karena benak pemuda itu hanya dipenuhi oleh sosok gadis itu dan sepak bola.
Masalah Uang
Sofia tinggal di Solimar, kota pesisir 23 km dari ibu kota Uruguay, Montevideo, dan Suarez senang mengunjunginya. Tetapi uang selalu jadi masalah.
Tidak ada gunanya bertanya kepada saudara laki-laki dan ibunya, terkadang hanya kakak perempuan Giovanna yang membantu Suarez.
Jika Giovanna menolak, Suarez akan memohon 40 peso - Rp14 ribu - yang cukup untuk tiket bus di dua arah, dari bos klubnya, Nacional.
“Saya meminta uang dari salah satu pemimpin klub, Wilson Perez. Jika dia tidak ada di sana, bos lainnya, Jose Luis Esposito, menjadi sponsor teman kencan saya.”
Biasanya Suarez selalu mengajukan ide ‘beri saya 20 peso jika bisa mencetak gol’. Minimal, uang itu cukup untuk biaya sampai ke rumah Sofia.
“Saya hanya perlu berpikir cara lain untuk pulang. Mereka tertawa dan memberi saya uang."
Diam-diam orangtua Sofia terpesona oleh romantisme Suarez. Mereka kagum pada akal sehat anak muda tersebut. Walau kadang ia berperilaku terlalu bebas.
Setiap datang ke rumah Sofia, Suarez biasanya akan bergegas dari pintu depan ke lemari es seraya bertanya makanan enak apa yang mereka belikan untuknya.
“Ibu Sofi menganggap saya menawan. Jika putri saya pada usia 13 tahun, membawa remaja 15 tahun yang menyerupai gelandangan dari daerah tertinggal, saya tidak akan bersikap baik padanya (tertawa)!”
Ayah Sofia, seorang pekerja bank, juga menyukai Suarez yang selalu ringan tangan untuk membantu pekerjaan di rumah gadis pujaan hatinya itu.
“Ketika Sofi dan saya berdebat tentang sesuatu, ibunya selalu memihak saya. Saya pikir mereka menghargai saya karena tahu saya sangat ingin berkencan dengan anaknya."
Rupanya Suarez tidak pernah mengakui bahwa dia tidak punya cukup uang untuk perjalanan pulang, dan harus menumpang untuk pulang.
Sialnya, di pagi harinya dia akan mengalami kesulitan datang tepat waktu latihan Nacional.
Dan, lama-lama makin jelas, pekerjaan sampingan dan keinginan bertemu Sofia itu hampir menghancurkan kesempatan Suarez untuk bermain sepak bola.
Pada usia 14 tahun, ia nyaris terdepak dari tim karena para pelatihnya bosan mendengarnya selalu terlambat. Suarez juga tidak pernah bergabung dengan rekan-rekan timnya selepas latihan.
Klub masih memberi kesempatan kepada Suarez.
Beruntung Sofia lalu menyelamatkannya dari hal-hal bodoh, memantaunya melalui telepon, Bahkan memaksanya belajar. Karena Suarez tidak suka sekolah.
Bayangkan saja, Suarez sudah tertinggal dua kali di tahun keduanya dan harus menghadiri kelas malam untuk mengejar ketertinggalannya.
“Di dunia Sofia, Anda harus belajar. Dia membantu saya dengan pekerjaan rumah saya, sepanjang waktu mengulangi ‘Kamu bukan orang bodoh, hanya malas’."
Untuk pertama kali dalam hidup Luis Suarez, seseorang mendukungnya. Itu membangkitkan semangat eks-striker Liverpool ini untuk mengubah hidupnya.
“Bersama Sofia, saya menemukan dunia baru untuk diri saya sendiri. Saya tak ingin hanya sekedar menjual kartu telepon setiap malam untuk mendapatkan uang."
Sofia Pindah ke Eropa
Pada usia 16 tahun, ketika Luis Suarez benar-benar fokus pada sepak bola, tiba-tiba hal yang tidak terduga, terjadi.
Tahun 2002, bank tempat ayah Sofia bekerja bangkrut dan kepala keluarga itu menganggur.
Lalu, saudaranya dari Spanyol mengajak mereka untuk pindah ke Barcelona dan dengan segera keluarga itu mengemasi tas mereka.
Suarez sontak depresi. Dia telah kehilangan teman-temannya yang tetap tinggal di Salto, menghadapi perceraian orangtuanya, dan tidak siap untuk sebuah perpisahan lagi.
“Mereka mengambil semua dari saya. Saya baru 16 tahun, saat kami mengucapkan selamat tinggal, saya berpikir saya tidak akan pernah melihat Sofia lagi.”
Keluarga mereka menyadari kegalauan hati pasangan kekasih itu. Terutama ibu Suarez, yang begitu menghargai kebaikan keluarga Sofia terhadap anak lelakinya.
“Ibu saya menghargai keluarga Sofia atas semua yang mereka lakukan untuk saya. Mereka menjaga saya dan tidak mengizinkan saya untuk keluar dari jalan yang benar.”
Sofia Balbi pun terlihat begitu sedih sebelum kepergian mereka ke Spanyol.
Ayah ibunya lalu memberinya solusi, cari keahlian di Barcelona, lalu kembali bekerja di Uruguay, kembali kepada Luis Suarez.
Sofia tidak pernah bermimpi menjadi penata rambut, dan kini memutuskan bahwa itu adalah jalan pulang yang paling pendek.
“Saya pikir hubungan kami sudah berakhir. Bagaimana saya bisa pergi dari Uruguay ke Barcelona jika saya bahkan tidak punya uang untuk pergi ke Solimar?” ujar Suarez.
Detik itu juga, Luis Suarez bertekad mengejar karier sepak bola, lalu berpetualang ke Eropa, ke Spanyol, dan ke Barcelona, untuk menemui Sofia Balbi.
Pada Desember 2003, agen Suarez bersedia membayar tiket terbang dua arah ke Barcelona. Kakak laki-lakinya membantunya 60 dolar AS.
Dan, Luis Suarez pun meninggalkan Uruguay untuk pertama kalinya.
“Perjalanannya tidak memakan waktu lama, tetapi akhirnya saya mengerti apa yang saya inginkan dari hidup dan karier saya. Saya ingin bermain di Eropa bersama Sofia."
Bermodal Nekad
Pada tahun 2005, Suarez dipindahkan ke markas Nacional, dan setahun kemudian pencari bakat Groningen terbang ke Montevideo.
Awalnya mereka lebih tertarik pada seorang striker muda asal Cile dari tim lain.
Meski begitu staf klub Belanda itu mendengar begitu banyak hal baik tentang Suarez yang berusia 19 tahun dan mereka memutuskan untuk melihatnya juga.
Tak dinyana, hari itu Nacional memainkan pertandingan penting untuk merebut gelar dan Suarez tampil luar biasa serta mencetak gol.
“Saya tak tahu saya sedang diawasi. Saya juga belum pernah mendengar soal Groningen. Setidaknya saya tahu Groningen lebih dekat ke Barcelona daripada Montevideo."
Namun, setelah menandatangani kontrak, baru Suarez menyadari bahwa dia tidak ingin menjalani babak barunya di Eropa, tanpa Sofia Balbi.
Saat mengucapkan selamat tinggal di bandara, Suarez tidak menahan diri dan mengajak Sofia untuk ikut terbang dengannya ke Belanda. Saat itu juga.
Sofia sontak terhenyak: dia baru 16 tahun, tidak punya tiket, bahkan tidak membawa baju apa pun. Tak pikir panjang, gadis itu menyetujui ajakan Suarez.
Lalu, jika rencana awalnya Sofia hanya tinggal satu pekan, tetapi pada akhirnya dia tidak pernah meninggalkan Belanda tanpa Suarez.
“Sofia naik pesawat tanpa tas ataupun pakaian. Seminggu kemudian, dia baru kembali ke Barcelona untuk mengambil barang-barangnya,” Suarez mengungkapkan.
Kegemukan 10 Kg
Tanpa Sofia Balbi, Luiz Suarez mungkin tidak akan tinggal di Eropa.
Dia muncul di sesi latihan pertama Groningen dengan kelebihan bobot 5 pound – 2,3 kg, hingga membuat marah pelatih Ron Jans.
Berat badan Suarez seharusnya tidak lebih dari 83 kg. Ia diultimatum harus menurunkan kelebihan beratnya atau terancam tidak masuk tim.
Karena Suarez tidak tahu apa-apa soal nutrisi yang tepat, Sofia akhirnya mengurus semua.
“Dia menjelaskan minum cola setiap hari sangat berbahaya, berbicara soal manfaat air putih, dan menceramahi saya soal karbohidrat dan kalori," kata Suarez.
Latihan berikutnya timbangan Suarez telah menunjukkan angka 83,4 kg, tetapi Ron tetap memaafkan pemain barunya walau masih kelebihan 400 gram.
Karier Suarez terus membaik dan berikutnya Ajax Amsterdam yang menginginkannya.
Suarez segera pindah ke Ajax, menghabiskan empat tahun yang brilian: mencetak 81 gol dalam 110 pertandingan dan jadi pencetak gol terbanyak Eredevisie.
Hubungan antara Suarez dan Sofia pun berkembang pesat. Mereka langsung jatuh cinta pada Amsterdam. Lokasi rumah mereka berada di tepian danau.
“Amsterdam sangat keren. Terutama karena sikap orangnya. Di sini, ruang pribadi Anda dihormati, bahkan jika Anda bermain untuk salah satu klub terkaya di Eropa."
Pada 16 Maret 2009, Suarez dan Sofia menikah, dan dua bulan sebelum kelahiran putrinya, Delphine, Suarez basah kuyup di Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
Setelah pertandingan pertama Uruguay di penyisihan grup (skor 0-0 melawan Prancis), Sofia terbang ke Barcelona karena dia hamil 7 bulan.
“Saya meneleponnya setelah setiap pertandingan. Cuaca di Barcelona sangat panas dan Sofi praktis tidak bergerak, menderita kepanasan dengan perut buncitnya.”
Beruntung, kedua mertuanya selalu menyakinkan Suarez bahwa Sofia baik-baik saja walau sudah mulai merasakan kontraksi kecil.
Saat Delphina lahir pada Agustus, Suarez terbang ke Barcelona untuk berkumpul bersama keluarga kecil barunya selama beberapa hari, lalu kembali ke Amsterdam.
Di lain hari, Sofia begitu merindukan suaminya sehingga pada satu titik ia tidak tahan lagi, masuk ke mobil dan berkendara 24 jam bersama bayinya ke Amsterdam.
Mimpi Sofia Terwujud
Dukungan Sofia Balbi juga penting bagi Luis Suarez di Liverpool.
Setelah transfer senilai 26,5 juta euro- sekitar Rp460 miliar, striker baru The Reds itu pun menantikan konferensi pers besar-besaran.
Ia keliru. “Tak ada yang datang ke presentasi saya. Saya pikir akan ada kerumunan besar di Anfield, saya memakai jersey merah, lalu menggocek bola di lapangan.”
Berikutnya , terjadilah serangkaian drama itu: dari tuduhan rasisme karena insiden dengan Patrice Evra, kemudian jatuh vonis larangan bermain delapan pertandingan.
Pada 2013, skandal lain meletus: media Inggris menerbitkan foto Suarez sedang membawa berkaleng-kaleng bir. “Mereka membuat keributan, menganggap saya hanya bersenang-senang, tapi sebenarnya tidak.”
Pada hari itu, keluarga Suarez dan Sofia terbang dari Uruguay dan Spanyol, mengunjungi mereka. Begitu pula Philippe Coutinho dan Lucas Leiva dan keluarganya.
“Sekitar 40 orang berkumpul di rumah. Coutinho dan saya pergi ke toko untuk beli minuman. Dia berjalan di belakang dengan troli minuman ringan, dan saya di depan dengan kerat-kerat bir.”
Gara-gara foto itu, orang-orang berpikir itulah cara hidup Suarez. Namun, dia lalu menggila di lapangan, mencetak banyak gol, dan publik pun melupakan insiden bir-bir itu.
Beberapa bulan sebelum ia jadi pemain The Reds dengan gaji tertinggi, Brendan Rogers mengungkapkan bahwa Suarez baru jadi ayah untuk kedua kalinya.
“Dia sangat bahagia dan merasa berada di puncak dunia. Sofia melahirkan seorang anak laki-laki bernama Benjamin,” ujar sang pelatih asal Irlandia Utara itu.
Tak lama Suarez muncul di lapangan Anfield sambil menggendong putranya. Hari itu ia mencetak gol pertamanya saat Liverpool mengalahkan Crystal Palace 3-1.
Pada Juli 2014, impian Sofia Balbi menjadi kenyataan: mereka pindah ke Barcelona.
Orangtuanya merindukannya di sana dan skuat utama Barcelona sedang menunggu bintang baru, Luis Suarez, di Camp Nou.
Lima tahun berlalu, bulan lalu Suarez dan keluarga hijrah ke ibu kota Spanyol setelah ia bergabung ke Atletico Madrid. Dan, ia beranggapan semua itu karena istrinya.
Luis Suarez menyakini: “Sofi mencintai saya bahkan ketika saya tak punya apa-apa. Dia praktis menyelamatkan saya, dari diri saya sendiri."
Setelah mencetak gol kemenangan untuk Arab Saudi (yang membawa Uruguay ke babak playoff Piala Dunia 2018), Luis Suarez menyelipkan bola di bawah bajunya.
Dan, anak ketiga bernama Lauti lahir pada 2018 kian melengkapi kebahagiaan Luis Suarez dan Sofia Balbi.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.
VIDEO: Aksi Fantastis Kiper Berdarah Indonesia, Cetak Assist di Liga Italia https://t.co/3SF38oqifs— SKOR Indonesia (@skorindonesia) October 11, 2020
Berita Entertainment Lainnya: