- Vanessa Bryant, istri almarhum Kobe Bryant, menanggapi gerakan Black Lives Matter terkait insiden kematian George Flyod.
- Ibu empat anak itu berbagi foto sang legenda saat memprotes kasus tewasnya Eric Garner, yang meninggal akibat perlakuan kasar polisi, 2014.
- Enam tahun lalu, Eric Garner juga meneriakkan "I can’t breathe" seperti George Floyd, 25 Mei lalu.
SKOR.id – Vanessa Bryant menanggapi gerakan Black Lives Matter sambil berbagi foto mendiang sang suami, Kobe Bryant, memakai kaus “I Can’t Breathe”, beberapa tahun lalu.
Gelombang unjuk rasa melanda seluruh wilayah Amerika Serikat (AS), sepanjang akhir pekan lalu. Mereka memprotes tindakan diskriminasi terhadap George Floyd.
Senin (25/5/2020), seorang warga kulit hitam bernama George Floyd, meninggal karena kehabisan napas usai lehernya ditindih petugas kepolisian di Minneapolis, Minnesota.
Berita George Floyd Lainnya: Kasus George Floyd, Michael Jordan Minta Masyarakat Terus Suarakan Keadilan
Tak terima dengan perlakuan itu, warga minoritas AS pun ramai-ramai turun ke jalan. Mereka menuntut sikap diskriminasi serta penuntasan kasus tersebut.
Insiden tersebut mengingatkan Vanessa Bryant pada kejadian serupa, bertahun-tahun lalu. Ada sebuah momen yang melibatkan almarhum sang suami, Kobe Bryant.
Pada 2014, legenda NBA itu ikut memprotes kematian Eric Garner setelah menerima perlakuan kasar seorang oknum polisi di Staten Island, New York City.
Dalam video yang beredar, Eric Garner juga berulang kali meneriakkan "I can’t breathe" atau sama seperti George Floyd yang akhirnya meninggal di lokasi.
Saat itu, bintang NBA seperti LeBron James, Derrick Rose, dan Carlos Boozer, merespons dengan mengenakan kaus hitam bertuliskan "I Can't Breathe" saat pemanasan.
Pun demikian dengan Kobe Bryant yang menyuarakan aspirasinya dengan cara serupa. Tepatnya saat pemanasan LA Lakers versus Sacramento Kings di Staples Center.
"Suami saya mengenakan baju ini, bertahun-tahun yang lalu, tapi kita (masih) di sini (kental tindakan diskriminasi)????#ICANTBREATHE," ujarnya.
"Hidup ini sangat rapuh. Hidup itu tak terduga. Hidup ini terlalu singkat. Mari kita berbagi kualitas kehidupan yang indah dan persamaan sebagai manusia."
Sekadar mengingatkan, diskriminasi terhadap kaum minoritas, utamanya warga kulit hitam di AS, bukan kali ini terjadi. Tak sedikit yang bernasib seperti George Floyd.
"Usir kebencian. Ajarkan rasa hormat dan cinta untuk semuanya, baik di rumah maupun sekolah. Sebarkan CINTA. Berjuang untuk perubahan."
George Floyd tewas saat Memorial Day di Minneapolis. Petugas polisi berkulit putih, Derek Chauvin, menekan lututnya di leher pria tersebut lebih dari tujuh menit.
Derek Chauvin dan tiga petugas di lokasi, dipecat dari Departemen Kepolisian Minneapolis. Mereka adalah Thomas Lane, J. Alexander Kueng, dan Tou Thao.
Namun, khusus untuk Derek Chauvin, ditangkap atas tuduhan pembunuhan tingkat tiga dan pasal penganiayaan.
Fakta ketiga perwira itu belum ditangkap, memunculkan keresahan di kalangan masyarakat hingga terjadilah aksi unjuk rasa yang meluas menjadi penjarahan.
Gubernur Minnesota Tim Walz, Minggu (31/5/2020), menyebut Jaksa Agung Negara Bagian, Keith Ellison, akan memimpin setiap aksi penuntutan terkait kasus George Floyd.
Berita George Floyd Lainnya: George Floyd, Reaksi Bintang NBA dan Pecahnya Kerusuhan di Minneapolis
Minneapolis Star Tribune mengatakan bahwa keputusan Tim Walz atas Keith Ellison adalah permintaan aktivis, beberapa anggota Dewan Kota, dan kelompok hak-hak sipil.
Keith Ellison mengkonfirmasi kabar itu melalui Twitter.
"Dengan kerendahan hati dan keseriusan, saya menerima tanggung jawab kepemimpinan saya di kantor atas kasus kritis yang melibatkan pembunuhan George Floyd."
"Kami akan membawa semua sumber daya yang diperlukan untuk mencapai keadilan dalam kasus ini," Keith Ellison menambahkan.