- Mantan juara dunia tinju kelas berat WBA, David Haye, pamer foto sedang latihan fisik bersama anaknya, Cassius, 11.
- Semua beranggapan Cassius yang memiliki tubuh berotot itu akan mengikuti jejak ayahnya dalam olahraga tinju.
- Tapi, remaja laki-laki itu telah menjadi pemain tenis di level U-21 dan bahkan telah berkompetisi sejak usia empat tahun.
SKOR.id – David Haye dan putranya, Cassius, menghabiskan waktu selama isolasi pandemi virus corona dengan berlatih fisik.
Mantan juara dunia tinju kelas berat WBA asal Inggris itu pun berbagi foto dan video di media sosial saat bersama putranya menjalani serangkaian gerakan intensif.
Yang luar biasa, seperti ayahnya, Cassius yang baru 11 tahun telah memiliki tubuh berotot yang mengesankan. Termasuk perutnya yang six pack.
Dalam salah satu video yang diunggah David Haye di Instagram, Cassius bahkan meladeni tantangan ayahnya untuk melakukan push-up tepuk tangan.
Cassius hanya sanggup melakukannya lima kali. Tak sampai 10 kali yang diinginkan ayahnya. Itu pun setelah David Haye menyemangatinya untuk tetap mencoba.
Baca Juga: Tyson Fury: Kemenangan atas Deontay Wilder Mengecewakan karena Terlalu Mudah
Walaupun begitu, aksi Cassius itu terbilang luar biasa untuk anak seusianya.
Tak berlebihan jika semua orang beranggapan Haye Jr, yang dinamai sesuai sosok petinju legendaris Muhammad Ali, akan mengikuti ayahnya menekuni olahraga tinju.
Tetapi Cassius tidak mewarisi darah tinju ayahnya. Remaja laki-laki itu ternyata sudah menjadi pemain tenis yang menjanjikan di level U-12.
Dia telah bermain di lapangan keramat Wimbledon, di turnamen junior pada 2018, yang disaksikan Haye, ibunya, dan mantan istri Haye, Natasha.
Cassius yang memiliki jadwal latihan tenis delapan jam seminggu itu telah berkompetisi sejak ia baru empat tahun.
"Mungkin beberapa tahun lagi, saya akan berada di sebelah Judy Murray di boks pemain di Wimbledon," ucap Haye, 39 tahun.
“Tenis olahraga yang bagus. Tak ada pukulan ke kepala. Menyenangkan dan sehat. Tidak ada hooligan.”
Haye, juara dunia tinju kelas berat WBA pada November 2009 - Juli 2011, mengaku putranya sama sekali tidak tertarik bertinju.
"Ia lebih suka tenis dan sepak bola. Dia cukup jago,” tutur Haye.
“Apakah Cassius menunjukkan potensi? Ya, layaknya ayah lain yang menganggap putra mereka hebat, saya pikir dia pemain bintang. Tapi dia memang jago tenis.”
Menurut Haye, putranya menjadi ketagihan ketika pergi ke sebuah klub tenis lokal. “Dia hanya sangat menyukai tenis,” sang ayah menyakinkan.
“Tak ada yang memaksanya menyukai tenis, tetapi dia hanya suka memukul bola.”
Haye menyebutkan putranya memiliki koordinasi tangan-mata baik yang dibutuhkan untuk permainan seperti tenis. Dia juga berpostur atletis.
Baca Juga: Juara Olimpiade dan SEA Games yang Jadi Abdi Negara, dari ASN hingga Paspampres
“Cassius memiliki fisik bagus untuk tenis. Posturnya mungkin akan bertumbuh antara 190 cm-193 cm. Dia juga punya bahu ramping,” ucap Haye.
Intinya, kata Haye, Cassius memiliki semua kualifikasi menjadi atlet tenis professional. “Tinggal bagaimana dia menjalani prosesnya.”
Haye menyabet gelar juara dunia kelas berat ketika mengalahkan si raksasa Rusia, Nikolai Valuev, pada 7 November 2009.
Haye kehilangan gelar saat takluk oleh Wladimir Klitschko pada pertarungan unifikasi gelar kelas berat (IBF, WBO, IBO, The Ring) pada 2 Juli 2011.
Haye Sr pensiun dari tinju pada Juni 2018 setelah dua kekalahan telak dari Tony Bellew.
Yang jelas semua orang terkesan setelah melihat unggahan foto Haye dan Cassius. Mereka pun sejatinya berharap Cassius menjadi petinju seperti sang ayah.