- Tulisan Ini adalah jurnal perjalanan wartawan Skor.id yang berada di Kota Wuhan.
- Rangkaian tema "Pulang karena Corona" akan menceritakan proses evakuasi, observasi, dan kepulangan WNI.
- Kisah Asteire Dance menjadi kisah spesial dalam rangkaian observasi ini.
SKOR.id – Rasa ketakutan terbesar saya selama masa observasi sebenarnya bukan semata-mata karena takut terjangkit wabah, namun takut merasa bosan.
Meski berkumpul dengan teman-teman seperantauan, namun di pikiran yang terpatri adalah pembatasan kegiatan.
Namun ternyata, ketakutan tersebut hanyalah sekadar ketakutan.
Hari ketiga observasi, Selasa (4/2/2020), WNI yang diobservasi bertemu dengan salah satu personil gabungan TNI, Kolonel Fildan.
“Mari kita belajar Astaire dance, nanti satu waktu kita lombakan,” ucapnya pagi itu.
Quando-quando sampai auto-joget
Tak lama untuk kami belajar Astaire dance, mungkin rata-rata tak lebih dari tiga hari.
Hanya tiga bagian gerakan yang harus dihafalkan dan diulang: langkah silang kiri, kanan-kanan, depan, belakang, depan-depan. Lalu mundur dua lagkah, tendang kanan-kiri. Badan digoyangkan ke kanan, kiri, kanan-kanan, kiri, kanan, kiri-kiri. Lalu dua langkah ke depan, balik, dua langkah ke depan, dan shuffle ke belekangan empat kali.
Lagu Quando-quando yang di-remix oleh DJ Noiz menjadi pengiring gerakan ini, bahkan tak lepas dengungannya dari kepala kami hingga kini.
View this post on Instagram
Baca Juga: Pulang karena Corona: Evakuasi Sekaligus Nobar Debut Bruno Fernandes (Bagian 1)
Astaire dance adalah jenis dansa yang menonjolkan pola kaki, diawali dari tarian Fred Astaire, musisi, aktor, sekaligus koreografer yang terkenal pada 1960-an.
Pengaruh besar Astaire terasa hingga sekarang, termasuk dengan masuknya studio sang penari dalam tim paralimpik Amerika Serikat.
Gerakan Astaire dance memang banyak dimodifikasi, termasuk oleh personil TNI yang mengajari kami waktu itu.
Dan bagi saya, Astaire dance menjadi sarana hiburan yang sangat membantu dalam masa observasi ini.
Mini Indonesia
Astaire dance menjadi salah satu wadah kami untuk berharmoni, meski kita berbeda satu sama lain.
Proses observasi adalah wadah Indonesia kecil, mengingat WNI yang dievakuasi mewakili Indonesia hampir seluruhnya.
Baca Juga: Pulang karena Corona: Natuna, Antara Safe Zone, dan Red Zone di ''Pochinki Indonesia'' (Bagian 2)
WNI yang diobservasi berasal dari 27 provinsi, dari 34 provinsi di Indonesia.
Sebagai bagian dari masa observasi ini, Saya merasakan sekali apa itu berbagi, gotong royong, dan saling menghargai.
Bagaimana satu dan yang lain saling menguatkan saat beberapa teman merasa jenuh, gotong royong untuk membersihkan tempat publik, juga bergembira bersama lewat passing-passing voli atau latih tanding tenis meja.
Pada tenda kecil di sudut dekat pintu utama hanggar, diselenggarakan Shalat Jumat dan shalat berjamaah.
Juga, Ibadah minggu oleh teman-teman kristen pun dihelat di tempat yang sama.
Saya rasa, yang paling membuat rindu adalah rasa saling mengerti antar sesama yang terjalin selama 14 hari karantina.