- Tak sedikit pemain Indonesia yang diminati klub luar negeri, seperti Malaysia hingga Thailand.
- Mantan pelatih timnas Indonesia, Rahmad Darmawan, menaggapi positif fenomena hal ini.
- Rahmad Darmawan juga menilai tiga pemain lokal Indonesia sukses berkarier di luar negeri.
SKOR.id - Liga 1 2020 saat ini tengah masah dalam penundaan. Kejelasan bergulirnya kompetisi tersebut masih abu-abu.
Karena tak adanya kompetisi di Indonesia, beberapa klub di Asia Tenggara, Malaysia atau Thailand, mencoba merekrut pemain-pemain bertalenta.
Satu pemain yang sudah resmi hengkang adalah Todd Ferre, wonderkid Persipura Jayapura. Ia hengkang ke klub kasta kedua Liga Thailand, Lampang FC.
Pemain Persija, Ryuji Utomo dan Riko Simanjuntak, serta bek Persebaya Surabaya, Hansamu Yama Pranata, hingga Stefano Lilipaly, rumornya akan ke Malaysia.
Kepada SKOR.id, Rahmad Darmawan, Exco Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia (APSSI), menanggapi banyaknya pemain yang diminati klub luar negeri.
Rahmad menceritakan manfaat berkarier di luar negeri. Sebab, pelatih Madura United ini pernah memperkuat klub Malaysia pada 1992-1993.
RD, sapaannya, juga memberi penilaian pemain-pemain yang saat ini berkarier di luar negeri, seperti Yanto Basna, Witan Sulaeman, dan Egy Maulana Vikri.
Berikut ini perbincangan SKOR.id bersama Rahmad Darmawan mengenai isu banyaknya pemain Indonesia eksodus ke luar negeri:
Makin banyak pemain Indonesia diminati klub luar. Bagaimana Anda melihatnya?
Saya rasa sebetulnya pemain Indonesia diincar klub luar (negeri) itu sebenarnya bukan hal baru, ya. Hanya mungkin opsi pemain masih banyak.
Terutama, mereka masih ingin bermain di Liga Indoesia, tapi Liga Indonesia itu sendiri belum jalan, otomatis itu menjadi pilihan untuk mereka saat ini.
Karena kalau di Thailand atau di Malaysia ada jatah pemain asing Asia Tenggara. Itu yang dimaksimalkan olehmereka melihat potensi pemain-pemain Indonesia.
Ini di samping punya kualitas, mereka juga melihat kompetisi kita belum berjalan normal. Itu yang membuat mereka makin yakin ingin merekrut pemain Indonesia.
Apakah pemain lebih baik hengkang untuk berkarier di luar negeri?
Ya, kalau saya pribadi, jika saya masih menjadi pemain, kalau ada tawaran atau peluang untuk menjadi pemain asing dalam usia saya yang masih muda, tentu saya akan berangkat.
Karena pengalaman saya ketika main pada 1992-1993, itulah kesempatan pemain benar-bener meningkatkan kemampuan performa kami.
Karena semua mata tertuju kepada kami di setiap pertandingan. Maka, mau tidak mau dituntut untuk meningkatkan kualitas kami.
Itu membuat kami semakin tertantang untuk menambah jam latihan sendiri di luar jadwal latihan klub. Itu yang membuat kami lebih dewasa dalam menata diri.
Makanya saya senang ada pemain yang berada di klub Eropa seperti Witan Sulaeman dan Egy Maulana Vikri. Jadi ini penting untuk pengembangan pada karier.
Kalau suatu saat mereka kembali ke Indonesia, pasti mereka punya pengalaman dan kualitas sangat bagus lebih dari pemain yang lain.
Bagaimana Anda melihat perkembangan tiga pemain Indonesia di luar negeri?
Itu seperti yang saya bilang. Contoh, Yanto Basna, dia memiliki jiwa survival yang bagus. Ketika bermain di Indonesia, oke. Saya melihat anak ini bermain sedikit tempramen.
Tempramen dalam artian bukan emosi, tapi terkadang dia cepat ambil keputusan sehingga sering buat pelanggaran. Tapi sekarang saya lihat mulai jauh dari itu.
Dia mulai berkembang. Dia mulai percaya diri.
Witan Sulaeman, dia sebentar pergi ke Eropa terus balik lagi. Ketika memperkuat timnas U-19 uji coba sudah terlihat perbedaannya. Kepercayaan dirinya luar biasa.
Itu yang menurut saya penting untuk pemain kalau memiliki kesempatan main di luar negeri dan umurnya masih bisa berkembang, ya diambil saja.
Itu juga akan menguntungkan, bukan buat pribadi dia sendiri tapi juga untuk kepentingan timnas juga sangat membantu nantinya.
Dari pengalaman Anda, apa sisi positif dan negatif berkarier di luar negeri?
Saya merasa positifnya karena ketika saya pulang dari Malaysia itu, saya pada 1993-1994, itu saya berman inti terus di timnas indonesia.
Saya pada 1993 mulai Piala Asia, SEA Games di Singapura, kemudian Pra Piala Dunia di Qatar, saya bermain inti terus.
Jadi, itulah pengembangan suatu kualitas permainan kami. Kedua, paling penting pengalaman dan kepercayaan diri bertambah ketika balik ke Tanah Air.
Saya alhamdulillah tidak merasakan sisi negatif dari saya main di luar. Justru sisi negatifnya tidak ada.
Itu saya yang saya ceritakan, karena semua mata tertuju kepada kami dan tim akan mengandalkan kami, itu bukan menjadi beban.
Tapi, itu sesuatu motivasi untuk kami. Makanya kalau itu dijadikan beban, salah. Kalau dijadikan motivasi untuk kami yang lebih, itu benar.
Arti sukses pemain Indonesia yang berkerier di luar negeri itu seperti apa?
Ya, pemain-pemain itu yang nantinya saya katakan sukses, apabila nanti balik dan memperkuat timnas (Indonesia) yang hebat.
Yang artinya punya kualitas itu akan mendongkrak kemampuan. Witan itu baru sebentar, gabung timnas U-19, terus dia balik lagi ke klub. Tapi, dia bisa berbeda, bisa konsisten.
Sama juga dengan Egy Maulana Vikri. Bagaimana kedewasaan dia dalam bermain dan jauh lebih bagus dari sebelum-sebelumnya.
Jadi hal-hal ini yang menjadi tolak ukur. Intinya akan sangat membatu tim nasional (Indonesia).
Apa bisa dikatakan Yanto Basna, Witan Sulaeman, dan Egy Maulana sukses?
Oh, iya. Saya bilang, yes. Karena, sosok seorang pemain itu bukan dilihat dari bagaimana kesempatan mereka bermain di sana, tapi progresnya.
Dari zero menit sampai dia mendapatkan menit bermain di sana.
Tapi, yang lebih penting lagi dengan pengalaman dia berlatih bersama pemain-pemain yang memiliki kualitas di atas mereka. Maka itu akan mendongkrak kualitas.
Soal bayaran berkarier di luar negeri lebih tinggi?
Kalau itu saya tidak mengetahui persis. Tapi, kalau saya bukan soal uangnya.
Jujur, kalau saya pribadi, misal Liga Thailand manggil kami, terus bayaran kami di sini (Indonesia) lebih mahal, sekitar 5 juta atau 10 juta.
Saya tetap memilih pergi ke sana karena itu penting untuk perkembangan kami akan lebih baik lagi.
Kalau pulang ke Indonesia lagi dari tadi uang yang kurang 10 juta mungkin akan bisa didapatkan lebih dari itu.
Itu bicara pemain yang punya visi, tapi kalau bicara pemain yang penting uang aman, nah itu susah.
Apa yang harus pemain dapatkan ketika memiliki kesempatan di luar negeri?
Yang pertama, harus mereka ambil adalah bahwa harus berani menerima tantangan itu dengan sikap profesional.
Bek Persija Jakarta, Ryuji Utomo, resmi dipinjamkan ke klub kasta tertinggi Malaysia, Penang FC. pic.twitter.com/u3SEyki3Hz— SKOR Indonesia (@skorindonesia) December 1, 2020
Artinya bukan itu sebuah beban dari mereka. Tapi, yang diambil adalah tantangan, bahwa tantangan itulah untuk bisa membuat kami lebih baik lagi.
Pesan Anda kepada para pemain?
Ya, pesan saya sih hanya satu, mereka harus mengambil manfaat ketika berada di luar negeri dengan berusaha untuk menjadi pemain yang lebih baik dari pemain lokal.
Karena itu penting, dan mereka juga harus bekerja keras dengan memberi tambahan latihan secara pribadi. Karena itu penting untuk pengembangan diri.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Baca Juga Berita Rahmad Darmawan Lainnya:
Rahmad Darmawan: Saya Tak Izinkan Pemain Madura United Main Tarkam
Rahmad Darmawan Desak PSSI Perjelas Kelanjutan Kompetisi Liga 1 2020
Banyak Pemain Aktif Ambil Lisensi Pelatih, Begini Pesan Rahmad Darmawan