- Ortizan Solossa merupakan sedikit pemain yang pernah tiga kali menjuari kompetisi dengan dua klub berbeda.
- Salah satu peristiwa yang sulit dilupakan Ortizan Solossa adalah dikalahkan sang adik saat membela Persija.
- Bek asal Papua yang dijuluki Roberto Carlos ini lahir pada hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1977.
SKOR.id - Final Liga Indonesia 2005 sulit dilupakan Ortizan Solossa. Bukan karena dia gagal mengantar Persija menjadi juara, tapi karena menghadapi lawan sedarah.
Dalam laga final yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno dan disaksikan 80 robu lebih penonton itu, Otiz harus menghadapi adik kandungnya, Boaz Solossa.
Pada akhirnya, Persipura tampil menjadi juara setelah unggul 3-2, yang satu gol penentunya dilesakkan Ian Luois Kabes pada menit ke-101 atau saat extra time.
Meski begitu, sebelum gantung sepatu, Ortiz berhasil memujudkan impinya mengangkar piala Liga Indonesia bersama sang adik, bersampa Persipura, pada musim 2008-2009.
Ortizan Solossa adalah sedikit dari pesepak bola Indonesia yang pernah tiga kali menjuarai kompetisi profesional Indonesia dengan dua klub berbeda.
Pada 1997, Ortiz memulai karier sepak bolanya profesionalnya dengan membela Persipura. Saat itu, Mutiara Hitam, sebutan Persipura, hanyalah tim kuda hitam.
Pada masa menjelang reformasi 1998 itu, Persipura tak punya modal cukup baik dibanding klub-klub asal Jawa yang mendominasi dan berisikan pemain-pemain bintang.
Karenanya Ortiz pindah ke PSM Makassar pada musim 1999-2000. Niat utamanya mencari penghasilan lebih besar dan menguji kemampuan di perantauan.
Benar saja, pada musim pertamanya bersama Juku Eja, julukan PSM, Ortiz langsung dapat gelar juara Liga Indonesia. Saat itu Ortiz belum menjadi pilihan utama.
Setelah empat musim di Ujung Pandang, nama lain Makassar, Ortiz dipinang Persija. Saat itu Ortiz sudah menjadi bintang dan beberapa kali membela timnas Indonesia.
Salah satu sumbangsih terbesarnya untuk Persija adalah lolos ke final Liga Indonesia 2005. Sayang, Persija gagal juara setelah ditaklukkan Persipura.
Musim selanjutnya, 2006, Persija lolos ke babak delapan besar, namun akhirnya gagal ke semifinal. Rupanya, ini jadi musim pemungkasnya di ibu kota.
Pada musim 2007, Ortiz hengkang ke Arema Indonesia. Sama seperti di Persija, Ortiz hanya bertahan dua musim dan gagal mempersembahkan gelar juara.
Seperti sudah puas dengan pentauan, membela tiga klub besar Tanah Air: PSM, Persija, dan Arema, Ortiz memutuskan pulang ke kampung halaman untuk membela Persipura.
Rupanya, puncak kematangannya tercipta di Persipura. Masa kejayaan Persipura dalam sepak bola Indonesia hadir pada masa Ortiz, yakni dua kali juara.
Pertama pada musim 2008-2009 atau edisi pertama Indonesia Super League dan gelar keduanya pada musim 2010-2011. Artinya tiga gelar telah ia raih.
Pada pengujung kariernya, Ortiz memilih membela Persiram Raja Ampat pada musim 2013. Pilihan ini ia ambil untuk regenerasi pemain terbaik Papua lainnya.
Seolah sudah jenuh dengan sepak bola, pada pengujung 2014 atau sebelum sepak bola Indonesia disanksi FIFA pada 2015, Ortiz memutuskan pensiiun.
Kini, anak sulung Christopher Solossa yang disebut Roberto Carlos Indonesia ini jadi Pagawai Negeri Sipil di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provonsi Papua.
Pada pertengahan tahun 2020 ini, kabar duka menyelimuti Ortizan Solossa. Anaknya, Christoffel T.F.A Solossa meninggal dunia karena kecelakaan.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Baca Juga Berita Persija Lainnya:
Sejarah Derbi Jakarta Pertama, Persija dan Pesitara Main Keras
Liga 1 2020 Tak Jelas, Persija Jakarta Perpanjang Libur Latihan
Pemain Persija Latihan Mandiri Lagi Sampai Ada Kepastian Liga 1