- Penonton laga kandang Persipura Jayapura diakui Capo Angky tak lagi seramai sebelum musim 2014.
- Capo Angky sebagai salah satu tokoh suporter Persipura Jayapura pun punya asa untuk pandukung Mutiara Hitam.
- Selain itu, Capo Angky juga memiliki harapan kepada manajemen Persipura sekarang agar lebih terbuka.
SKOR.id - Musim 2016, itu adalah momen terakhir Persipura Jayapura jadi jawara pada kompetisi kasta teratas Indonesia dan Capo Angky punya asa untuk Mutiara Hitam.
Sebagai salah satu suporter yang cukup senior dari Persipura Jayapura, Capo Angky bersuara terkait pemilihan skuad Mutiara Hitam sebagai #KebanggaanIndonesia.
Lelaki yang pernah kuliah di Yogyakarta ini bersuara, Persipura Jayapura adalah harapan besar Tanah Papua.
Namun akhir-akhir ini, Capo Angky mengakui antusiasme penonton laga kandang skuad Mutiara Hitam tak seperti era-era sebelum musim 2014.
"Kami pendukung yang tak ada di "dalam" manajemen Persipura sangat siap memberikan masukan kepada klub kebanggaan ini," ujar Capo Angky kepada Skor.id, Senin (17/8/202) siang.
"Ada beberapa hal yang mungkin bisa diperbaiki dari manajemen Persipura saat ini. Salah satunya klub harus semakin mandiri."
"Kami ingin Persipura dikelola semakin lebih profesional dengan finansial yang bagus dan tentunya itu terkait tata kelola manajemennya," ucapnya.
Dari barisan pendukung, Capo Angky mengatakan, analisa soal menurunnya minat penonton menyaksikan laga kandang Persipura perlu dibahas.
Capo Angky mengatakan, laga kandang Persipura sebelum musim 2014 selalu penuh. Maka hal itu bisa menjadi bagian penting pemasukan klub dari tiket pertandingan.
Sebagai suporter, Capo Angky plus BCN 1963 siap berkolaborasi dengan komunitas pendukung Mutiara Hitam lainnya plus manajemen Persipura.
Edisi khusus Persipura kali ini juga kami abadikan di Webtoons.https://t.co/Y8luxFT4hz#SkorTwit #KebanggaanIndonesia— SKOR Indonesia (@skorindonesia) August 17, 2020
BCN 1963 yang didirikan Capo Angky dengan sejumlah tokoh pendukung Persipura per 3 Juli 2017 adalah komunitas fan yang masih muda.
Namun, mereka sangat peduli dengan spirit dan perkembangan para pendukung Persipura lainnya.
Persipura memiliki empat komunitas suporter besar sejauh ini dan memiliki posisi duduk berbeda di tribune Stadion Mandala.
Untuk BCN 1963, mereka adalah penghuni tribune utara Stadion Mandala dan berhadapan dengan The Comen's serta Black Boys yang ada pada tribune selatan.
Sedangkan untuk Persipuramania, kelompok suporter ini setiap mendukung skuad Mutiara Hitam berada di tribune timur Stadion Mandala.
"Bagi kami, semakin banyak komunitas suporter itu justru semakin baik bagi Persipura. Sebab, itu memuat kami makin beragam," kata Capo Angky.
"Namun, semua pendukung harus satu fokus dan gerak dalam mendukung Persipura. Sebab, itu tujuan kami memberikan dukungan bagi klub ini."
Capo Angky lalu bercerita soal karakteristik pendukung Persipura dari jaman ke jaman. Menurut Capo Angky, sejak 1980-an sampai 2004, suporter Persipura adalah penonton biasa.
"Pada era itu, mereka hanya penikmat pertandingan sepak bola dan mendukung Persipura saat bermain di kandang," ucap Capo Angky.
"Mulai 2005, lahirlah The Comen's lalu namanya banyak disebut sebagai Persipuramania. Kami pun mulai melakukan kreasi dalam mendukung," katanya.
"Bahkan, saya adalah ketua Persipuramania di Yogyakarta saat kuliah di sana. Saya menjadi dirijen Jawa Bali saat Persipura tur."
Ya, Capo Angky adalah pendukung Persipura yang rajin ikut tur skuad Mutiara Hitam di Jawa sampai Bali saat masih kuliah di Yogykarta.
"Pada masa itu, saya sering tur di Jawa ke berbagai kota dan membangun komunikasi dengan suporter lawan Persipura," kata Capo Angky.
"Setelah kembali ke Jayapura, saya bersama kawan-kawan lalu membangun BCN 1963 yang mengadopsi gaya suporter ultras."
"Kami pun tak "dekat" dengan manajemen. Itu kami lakukan agar kami bisa jadi kontrol bagi klub yang kami cintai ini," ujarnya.
BCN 1963 pun memiliki sejumlah pemikiran yang cukup kritis dan membangun bagi Persipura. Salah satu usulan mereka adalah pembangunan musium Persipura.
"Mungkin, musium Persipura bisa dibangun di Stadion Mandala dan itu bisa dikomersilkan oleh klub untuk jadi tambahan pemasukan," ujar Capo Angky.
"Hal serupa sudah dilakukan klub di Eropa dan bisa jadi destinasi baru bagi orang luar saat ke Papua," katanya menambahkan.
"Bagi kami orang lokal terutama para pendukung Persipura masa kini, musium penting. Sebab, anak-anak muda akan tahu siapa legenda Persipura pada masa lalu."
Capo Angky yang mulai menyaksikan laga kandang Persipura sejak Liga Indonesia edisi perdana 1994-1996, mengaku hal itu penting dalam membangun kecintaan mendalam bagi klub.
"Saya nonton Persipura pertama saat 1994 dan baru kelas 2 SD. Saat itu, laga juga rusuh saat kami menjamu PKT Bontang," ujar Capo Angky.
"Ternyata, kejadian itu seolah jadi pelajaran berharga bagi saya untuk menghargai klub ini. Sebab, pemahaman dan pemberian edukasi ke pendukung Persipura itu sangat penting.
Pada akhirnya, Capo Angky pun memiliki harapan agar Persipura Jayapura ke depan lebih terbuka lagi khususnya kepada pengelola sehingga banyak hal bisa dikembangkan.
Tulisan ini merupakan bagian dari rangkaian tulisan edisi khusus Persipura untuk #KebanggaanIndonesia yang bertepatan kemerdekaan Indonesia ke-75 tahun.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on InstagramEdisi #kebanggaanindonesia pada 17 Agustus 2020. #skorindonesia #persipura #mutiarahitam
Berita Edisi Spesial Persipura lainnya:
Edisi Spesial Persipura: Cerita Cinta Yoo Jae-hoon hingga Jadi Pace Bukan Oppa
Edisi Spesial Persipura: Gen Pemberontakan dan Keindahan seperti FC Barcelona