- Persija Jakarta sempat mengalami dualisme pengelolaan pada periode 2011-2013.
- Saat itu ada dua PT yang mengakui berhak sebagai administrator Persija Jakarta.
- PT Persija Jaya kubu Hadi Basalamah sempat diakui PSSI sebagai pengelola Persija Jakarta.
SKOR.id - Satu dekade lalu, tepatnya 2010, sepak bola Indonesia dilanda bencana perang saudara. Kompetisi ada dua, federasi juga, klub pun pecah.
Sedikitnya ada empat klub yang terdampak dualisme itu, yakni Persija, Arema, Persebaya, dan PSMS. Naasnya klub kloningan pun berbadan hukum.
Semua itu berawali dari kisruhnya kepengurusan PSSI. Pada 2011, PSSI baru memiliki pemimpin baru yang menggantikan Nurdin Halid, yakni Djohar Arifin Husin.
Berita Persija Lainnya: Marko Simic Ingat Pesan Ibu untuk Berdonasi dalam Program Persija
Datang bak pahlawan, Dhojar dan kroni-kroninya menawarkan kompetisi baru, Liga Primer Indonesia (LPI). Indonesia Super League (ISL) dianggap cacat.
PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) kemudian ditunjuk sebagai operator kompetisi menggantikan PT Liga Indonesia (operator ISL) untuk menggelar liga PSSI.
Keputusan tersebut membuat sejumlah klub anggota PSSI yang sebelumnya berkompetisi di LSI tidak setuju dengan adanya LPI.
Sejumlah klub lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Liga Indonesia memutuskan agar kompetisi LSI tetap berjalan.
Dampaknya, ISL dianggap sebagai breakaway league, karena yang diakui PSSI adalah LPI. LPI akhirnya berjalan dengan diikuti hanya 12.
Dari 12 tim itulah termasuk di dalamnya empat tim yang terdampak dualisme pengelolaan, di mana salah satunya adalah Persija (Jakarta FC).
Dengan kata lain ada Persija dengan PT Persija Jaya Jakarta dalam komando Ferry Paulus, dan Persija dengan PT Persija jaya pimpinan Hadi Basalamah.
Masalahnya, PSSI menganggap dan mengesahkan PT Persija Jaya kubu Hadi Basalamah, sebagai administrator resmi pengelolaan Persija.
Padahal, Persija yang diakui pemilik saham Persija, yakni klub internal Persija, adalah Persija yang dipimpin Ferry Paulus.
Ferry Paulus terpilih sebagai Ketua Umum Persija dalam Musyawarah Daerah (Musda) Pengprov PSSI DKI Jakarta, pada 30 Juli 2011.
The Jakmania, suporter Persija, pun mendukung tim yang diperkuat Bambang Pamungkas dan Ramdani Lestaluhu, serta dikelola oleh Ferry Paulus.
Walau begitu, ada pula The Jakmania yang mendukung kubu Hadi Basalamah. Hal ini sempat membuat perpecahan di akar rumput fan klub Persija.
Karena kisruh ini, The Jakmania sempat menggeruduk kantor PSSI saat melakukan mediasi antara Persija kubu Hadi Basalamah dan Ferry Paulus.
Karena tak puas dengan keputusan PSSI, Persija kubu FP, sapaan Ferry Paulus, lantas melayangkan gugatan ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur.
Prosesnya cukup panjang yang dimulai dari 7 Februari 2012 hingga 23 Oktober. Akhirnya PN Jaktim menyatakan PT Persija Jaya Jakarta sebagai Persija Jakarta yang sah.
Ada tiga poin penting yang diputuskan PN Jaktim. Pertama, PT Persija Jaya bukan pengelola Persija. Kemudian, PT Persija Jaya tidak berhak memakai nama Persija.
Lalu yang ketiga, PT Persija Jaya harus membatalkan pendaftaran atas nama Persija Jakarta dalam kompetisi IPL musim 2011-2012.
Selang beberapa hari, Dirut PT Persija Jaya (IPL), Bambang Sucipto, mengatakan pihaknya telah melayangkan banding ke Pengadilan Tinggi (PT).
Namun jelang Kongres Luar Biasa (PSSI) pada 17 Maret 2013, tim verifikasi memutuskan untuk memberikan jatah suara kepada Persija kubu Ferry Paulus.
Hal itu pun menuai gugatan dari Bambang Sucipto, yang masih mengakui PT Persija Jaya, adalah pengelola resmi Persija.
Pada akhirnya, dualisme yang terjadi di kubu Persija menciptakan efek negatif. Konflik panjang ini membuat keuangan klub sangat rapuh.
Pada musim 2011-2012 contohnya, Persija menunggak gaji pemain dari tiga hingga empat bulan, dengan besaran tunggakan berbeda-beda.
Karenanya pula persiapan Macan Kemayoran, julukan Persija, untuk musim 2013 terganggu. Beberapa sponsor memutuskan menarik diri.
Seperti dikatakan FP kala itu, Persija sedang menjajaki kerja sama dengan beberapa perusahaan besar seperti Bank Rakyat Indonesia, Telkomsel, dan Pertamina.
Semua sponsor kategori kakap tersebut pada akhirnya menarik diri. Pada saat yang sama, keuangan Persija kolaps dan gaji pemain tertunggak.
Ini pula yang menyebabkan sejumlah pemain, seperti Bambang Pamungkas, Leo Saputra, Ismed Sofyan, Andritany Ardhiyasa, dan Ramdani Lestaluhu, hengkang.
Berita Persija Lainnya: Kilas Balik Piala Tiger 2004: PSM-Persija Berang dan Timnas Indonesia Pesta Gol
Dampaknya, Persija kepayahan pada putaran pertama ISL 2013, sehingga pelatih Iwan Setiawan mundur. Sebagai penggantinya ditunjuk Benny Dolo.
Datangnya Bendol, sapaan Benny Dolo, membawa perubahan dengan menyelamatkan Persija dari jurang degradasi walau pemain apa adanya.