- Ketum The Jakmania, Diky Soemarno, ungkap kinerja Ratu Tisha Destria selama menjabat menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI.
- Ingatan Diky Soemarno tentang Sekjen PSSI yang paling berkesan adalah keputusan tandang dan kandang di final Piala Indonesia 2019.
- Diky Soemarno berharap Sekjen PSSI selanjutnya bukan dari kalangan politisi.
SKOR.id - Ketua Umum (Ketum) The Jakmania, sebutan suporter Persija Jakarta, Diky Soemarno, mengaku tidak ada kesan yang mendalam terkait mundurnya Ratu Tisha Destria dari bangku Sekretaris Jenderal (sekjen) PSSI.
Namun, ia tidak memungkiri bahwa kinerja Ratu Tisha Destria selama menjabat sebagai Sekjen PSSI cukup bagus.
"Kalau disuruh menilai sekjen (Ratu Tisha) itu, dia perempuan di dunia sepak bola yang mempunyai kelebihan di bidang lain dan sifatnya tidak dimiliki oleh orang bola lama," ujar Diky Soemarno.
Berita Persija Lainnya: 8 Pilar Asing Persija dari Benua Biru, Satu Nama Anggota Juara Piala Eropa U-19
"Namun memang tidak dipungkiri Ratu Tisha menjadi orang yang berperan bagi sepak bola Indonesia dalam dua tahun ke belakang," katanya.
Diky Soemarno berpendapat, sejatinya latar belakang Ratu Tisha Destria sebagai pengelola LabBola sejak 2011 sudah sangat baik.
Namun, sayangnya hal itu tidak diperdalam kembali setelah dirinya terlibat dalam kepengurusan PSSI pada 2017.
"Namun, jika boleh berpendapat, menurut saya jika Ratu Tisha fokus dengan LabBola-nya ketika itu, saya rasa dia akan menjadi seorang wanita yang lebih canggih lagi dengan mempuyai karakter tersendiri," katanya.
Lelaki yang mempunyai nama lengkap Diky Budi Ramadhan itu juga berharap untuk Sekjen PSSI ke depan dapat lebih baik daripada sebelumnya.
Catatan khususnya, Sekjen PSSI selanjutnya jangan sampai orang berlatar belakang politik.
"Menurut saya sekjen ke depan jangan sampai berbau orang politik atau politisi. Utamanya sekjen itu kan hanya bekerja, tentunya yang harus digarisbawahi, dia yang mengerti kultur dari sepak bola Indonesia," ujar Diky.
"Soalnya dari kesekjenan kemarin yang mundur melalui audio pujangga itu, menurut saya tidak terlalu mengerti kultur sepak bola kita. Karena kinerja sepak bola kita memang berbeda dengan text book yang dipelajari di FIFA Master," katanya.
"Karena kultur kita itu masih ada ketimuran, jadi ada ngobrolnya, unggah-ungguhnya, pendekatan dengan orang bola lama juga perlu," Diky menambahkan.
Berita Persija Lainnya: Kiprah Evan Dimas Membuat Gelandang Muda Persija Terinspirasi
Diky juga sempat mengungkapkan kinerja Sekjen PSSI sebelumnya yang paling berkesan baginya dan Persija adalah saat final Piala Indonesia 2019.
"Yang paling saya ingat dari Sekjen PSSI kemarin adalah final Piala Indonesia 2019 antara Persija Jakarta dan PSM Makassar. Tiba-tiba finalnya menjadi home dan away, padahal sebelumnya tidak seperti itu," ucap Diky.