- Persela Lamongan genap berusia 53 tahun pada hari ini, Rabu (18/2/2020).
- Sejak promosi ke kasta tertinggi pada 2004, Persela tak pernah turun kasta.
- Ada ketulusan membina yang membuat Persela bertahan di kasta tertinggi.
SKOR.id - Selama era Liga Indonesia sejak 1994, belasan klub papan atas mati. Ada yang merger dan ada pula yang merangkak tertatih di kasta kedua dan ketiga.
Sejak 1994, hanya ada empat tim yang tidak pernah turun kasta. Keempatnya adalah Persija Jakarta, Persib Bandung, Persipura Jayapura, dan PSM Makassar.
Namun, jika ditarik dari 2004, ada satu tim yang juga tak pernah turun kasta setelah naik kasta, yakni Laskar Joko Tingkir, julukan Persela Lamongan.
Baca Juga: Pelatih Persela Minta Pemainnya Hemat Selama Libur Kompetisi
Hari ini, 18 April 2020, bertepatan dengan hari jadi klub berlambang ikan lele itu yang ke-53. Persela merayakan hari jadinya tanpa menjalani kompetisi.
Bila dipersingkat, eksistensi Persela mulai diperhitungkan setelah juara Divisi Dua Liga Indonesia 2001 dan berhak naik ke Divisi Satu Liga Indonesia 2002.
Pada 2002, Persela tak bisa menembus babak delapan besar. Persela hanya menempati peringkat ketiga Grup II Divisi Satu Liga Indonesia 2002.
Musim berikutnya tim dengan warna keagungan biru langit ini berjuang lebih keras dan melakukan pembelian pemain lebih berani dibanding musim sebelumnya.
Benar saja, pada 2003 Persela menjadi juara Grup B dengan membukukan delapan kemenangan dari 10 pertandingan, dan melaju ke babak delapan besar.
Pada fase kedua ini, Persela menempati peringkat ketiga, dengan meraih tujuh kemenangan, tiga kali imbang, dan empat kali kalah.
Karena jatah promosi otomatis ke Divisi Utama hanya untuk dua tim teratas, Persela harus menjalani babak play-off bersama PSIM Yogyakara, tim peringkat keempat.
Lawan yang akan dihadapi pada babak play-off adalah Persib dan Perseden Denpasar. Formatnya, home tournament dan berlangsung di Stadion Manahan, Solo.
Dalam laga pertama melawan Persib, 14 Oktober 2003, Persela takluk 0-1. Namun dua hari berselang mengandaskan Perseden dengan skor 3-1.
Tiga gol Persela dilesakkan Reonald Pieters pada menit ke-5 dan 18, serta gol penalti Juan Duran pada meniit ke-14. Adapun gol Perseden dilesakkan Gbeneme Friday (17).
Sedangkan dalam pertandingan ketiga melawan PSIM pada 18 Oktober 2003, berakhir dengan skor kacamata. Persela menempati peringkat kedua play-off.
Sejatinya poin Persela dan PSIM sama, yakni empat, hasil sekali menang dan sekali imbang, namun Persela unggul selisih gol, satu berbanding nol.
Tim yang tak diperhitungkan ini pun naik kasta bersama Persib, yang ketika itu dalam masa sulit. Pelatih Persela pada saat itu adalah Riono Asnan.
Sejak saat itu Persela tak pernah turun kasta. Meski lebih akrab sebagai tim papan bawah dengan julukan underdog, Persela tetap bertahan sekuat tenaga.
Baca Juga: Jersey Persela Dilelang di Andorra untuk Melawan Covid-19
Kini, setelah 16 tahun bertahan di kasta teratas, Persela masih jadi tim yang sama. Tak kaya, biasa saja, pantang menyerah, tetapi berhati pejuang.
Klub yang bermarkas di Stadion Surajaya ini juga rajin melahirkan pemain muda berbakat. Dendy Sulistyawan, Saddil Ramdani, dan Fahmi Al Ayyubi di antaranya.
Bisakah Persela terus berada di jalur pembinaan tanpa turun kasta? Tak ada yang tahu. Satu yang pasti, selamat ulang tahun Persela Lamongan.