- Dunga dipercaya menjadi pelatih timnas Brasil meski sebelumnya belum pernah menangani klub.
- Kariernya sebagai pelatih klub, SC Internacional tak berlangsung mulus.
- Periode kedua kepelatihannya bersama Selecao berbuah dua kegagalan dalam Copa Amerika.
SKOR.id – Calon pelatih baru Persija mengerucut ke sosok Carlos Caetano Bledorn Verri atau Dunga. Lelaki Brasil berusia 56 tahun ini dinilai punya nilai jual.
Walau belum ada keterangan resmi dari pihak Persija, rumor ini disinyalir benar adanya. Bahkan, ada yang mengatakan proses negosiasi sudah mencapai 90 persen.
Seperti apa rekam jejak kepelatihan Dunga? Berikut kisah sang maestro yang dihimpun Skor.id dari sejumlah pemberitaan media Brasil dan Eropa.
Brasil I
Dunga dinilai sebagai salah satu pelatih paling beruntung di Brasil. Setelah gantung sepatu pada 2000, gelandang pengguna nomor punggung delapan ini hanya butuh enam tahun untuk bersinar.
Tak tanggung-tanggung, begitu mengantongi lisensi kepelatihan Pro CONMEBOL, ia langsung dipromosikan menjadi pelatih kepala timnas Brasil pada 2006, menggantikan Carlos Alberto Parreira.
Padahal, saat itu Dunga belum punya pengalaman melatih klub elite dalam kompetisi. Hal ini sempat menimbulkan perdebatan di Brasil. Ia juga diragukan pengamat sepak bola dunia.
Namun, Dunga menggebrak dalam enam laga awal bersama Selecao, julukan timnas Brasil. Debutnya ditandai dengan hasil imbang 1-1 saat jumpa Norwegia di Oslo.
Berikutnya, mengalahkan Argentina dengan skor 3-0, menaklukkan Wales dengan skor 2-0, unggul 4-0 atas Kuwait, menumpas Ekuador 2-1, dan menang 2-1 atas Swiss.
Baca Juga: Manajemen PSS Tetap Dingin meski Banyak Pilar Hengkang
Baca Juga: Pelatih Baru Persija Mengerucut ke Dua Nama, Dunga dan Zico
Rentetan hasil positif ini membuat publik Brasil mulai memercayainya. Bahkan, ia digadang-gadang sebagai mengawinkan gelar Piala Dunia 2010, sebagai pemain dan pelatih.
Keyakinan itu membubung setelah ia mempersembahkan gelar Copa Amarika 2007. Brasil menang 3-1 pada partai final, menghadapi Argentina.
Sayangnya, Brasil gagal melaju ke babak semifinal Piala Dunia 2010 setelah takluk 1-2 dari Belanda. Buntut dari kegagalan tersebut ia mengundurkan diri.
Klub Pertama
Pada 2011, Dunga sepakat akan menangani klub Qatar Al Rayyan. Sayangnya, negosiasi mentok, karena pada saat bersamaan Rayyan mendatangkan pelatih lainnya.
Karenanya Dunga menganggur selama setahun lebih. Pada akhir 2012, ia dikontrak SC Internacional, klub papan atas Liga Brasil, yang merupakan klub tempat ia mengakhiri karier profesionalnya sebagai pemain.
Namun, kisah Dunga bersama Internacional tak berlangsung lama. Ia hanya bertahan setahun. Eks-pemain Jubilo Iwata ini dipecat karena rentetan kekalahan yang diraih tim asuhannya tersebut dalam kompetisi.
Brasil II
Setelah menganggur selama dua tahun, tepatnya pada 22 Juli 2014, ia kembali dipercaya menangani timnas Brasil. Dunga menggantikan Luiz Felipe Scolari yang dipecat.
Tak seperti kisahnya pada 2006, kali ini penampilan Brasil tak terlalu memukau. Walau sukses dalam rangkaian laga uji coba, Brasil gagal dalam Copa Amarika 2015.
Hal serupa terulang dalam Copa America Centenario pada 2016. Doglas Costa dan kawan-kawan gagal melaju ke babak semifinal setelah kalah 0-1 dari Peru. Kekalahan ini diwarnai kontroversi.
Kegegalan ini berujung pemecatan. Sempat tersiar membeli saham klub Liga Inggris Queen Park Rangers lantas menjualnya lagi, Dunga tak pernah lagi mendapat tawaran melatih.*