- Pembawa acara televisi Denmark bikin marah pemirsa dan pengguna internet setelah melontarkan pernyataan rasialis terhadap pemain Maroko.
- Host TV 2 Danmark membandingkan gambar beberapa pemain Maroko yang berselebrasi bersama ibu mereka dengan "keluarga monyet".
- Jaringan tv tersebut kemudian meminta maaf dengan menegaskan mereka tidak memiliki niat untuk menyakiti siapa pun.
SKOR.id - Seorang pembawa acara televisi Denmark berani membuat perbandingan yang sangat mengejutkan ketika dia berbicara tentang hubungan antara para pemain asuhan Walid Reragui dan ibu mereka, yang ikut hadir di Qatar. Saluran itu kemudian meminta maaf.
Bahkan ketika menyoroti perjalanan bersejarah Maroko di Piala Dunia Qatar, beberapa media Barat telah menggunakan kiasan rasialis dan Orientalis yang mengejutkan dalam liputan mereka tentang Singa Atlas.
Parahnya saluran TV 2 Danmark membandingkan gambar pemain Maroko yang merayakan momentum bersejarah dengan keluarga mereka dengan "keluarga monyet".
Sepanjang kompetisi, Sofiane Boufal dan Achraf Hakimi tak pernah melewatkan kesempatan untuk merayakan setiap kemenangan bersama ibu mereka, sesekali mengundang wanita-wanita yang melahirkan mereka ke lapangan untuk merayakannya.
This Danish tv host is deeply uncivilized and ignorant. He compares the Moroccan player hugging his mother to a monkey family…. What a demonstration of stupidity while claiming to be intelligent…. You people need to learn! pic.twitter.com/IfVYms7NND— Imam Shamsi Ali (@ShamsiAli2) December 17, 2022
Tetapi, pembawa acara TV Denmark Christian Hogh Andersen membandingkan ikatan antara para bintang Afrika itu dan ibu mereka dengan ikatan antara monyet. Yang secara logis membangkitkan kemarahan orang Maroko di jejaring sosial.
Tidak lama sang host TV2 melontarkan permintaan maafnya "atas komentar pembawa acara yang tidak pantas dan menyinggung" dalam sebuah pernyataan.
“Saya sangat menyesal telah membuat perbandingan yang benar-benar salah. Itu bukan niat saya, tapi itu salah dan ofensif, dan saya ingin meminta maaf untuk itu,” kata Andersen.
“Saya orang yang memegang foto (monyet), tapi saya tidak membuat komentar yang tidak pantas. Bahkan jika itu tidak disengaja, perbandingan yang dibuat dalam pertunjukan itu tidak dapat diterima”, reaksi Siren Lippert, yang mengangkat ilustrasi keluarga monyet di lokasi syuting.
Situasi itu akhirnya memaksa kedutaan Denmark di Maroko bereaksi secara bergantian.
This was on Danish TV @tv2newsdk where hosts jokingly equate #MAR players hugging their mothers after games with monkeys.
“Because they stick together, they also do that during family reunions in Qatar, in #Morocco” whilst holding up photo of monkeys.pic.twitter.com/ZUv7qstBgl— Nima Tavallaey Roodsari (@NimaTavRood) December 16, 2022
“Hubungan antara Denmark dan Maroko serta pertukaran budaya dan manusia telah terjalin lebih dari empat abad dan terus tumbuh semakin kuat. Dan, dari waktu ke waktu awan melintasi langit tetapi pengertian dan rasa hormat antara kedua bangsa kita mengembalikan keadaan normal."
Tidak Pantas
Sebuah video dari segmen berita TV2 itu kemudian beredar luas di internet, yang ironisnya sedang menampilkan para jurnalis yang mengungkapkan kekaguman mereka atas kekompakan yang kuat antara pemain Maroko dan keluarga mereka, terutama ibu mereka.
Sang host terlihat mengatakan: "Sebagai kelanjutan dari pembicaraan mengenai Maroko dan keluarga mereka di Qatar, kami juga mengadakan pertemuan keluarga hewan untuk tetap hangat, dan betapa cantiknya monyet goblin itu."
Hi Nima,
We’re very sorry for the comments made here. Although it’s not the intention, it’s offensive and a mistake. We deeply apologize for this - please see link. https://t.co/xU6dwVAr5S— TV 2 Danmark (@tv2danmark) December 17, 2022
Ketika jurnalis lain bertanya kepada koleganya tentang korelasi antara topik yang disebutkan sebelumnya (pemain dan keluarga Maroko) dan keluarga monyet, jurnalis tersebut menjelaskan: “karena mereka (monyet) bersatu dan itu juga dilakukan dengan reunifikasi keluarga di Qatar dan orang Maroko.”
Pemirsa marah dengan perbandingan itu, menganggapnya sangat rasialis dan tidak pantas.
“Dehumanisasi orang Afrika, Arab, dan Muslim. Sudah berlangsung lama.. Anda buta jika tidak bisa melihatnya,” kata seorang pengguna Instagram.
Komentator lain menggambarkan tindakan tersebut sebagai "rasisme terang-terangan yang telah direncanakan di belakang layar," mencatatkan: "Mereka membuat perbandingan dengan monyet tampak 'tak bersalah' sehingga saat palu jatuh mereka dapat menggunakan alasan bahwa mereka tidak bermaksud untuk menyakiti perasaan siapa pun.”
????????The moment Achraf Hakimi celebrated Morocco’s 2-0 win over Belgium with his mother in the stands .
❤️ Making his Nation Proud !#FIFAWorldCup|#MOR|#BELMOR pic.twitter.com/WBTukS7Gu6— FIFA World Cup Stats (@alimo_philip) November 27, 2022
Pengguna Instagram lainnya berkata, “Pertama, jurnalis Jerman membandingkan tim sepak bola Maroko dengan ISIS, dan sekarang ini.”
Yang pastinya ini bukan kasus rasisme pertama yang menargetkan pemain Maroko selama turnamen global di Qatar.
Awal bulan ini, outlet berita Jerman juga membuat pernyataan kontroversial soal beberapa pemain Maroko yang melakukan tanda “Tauhid” selama pertandingan melawan Portugal. Tauhid adalah tanda yang digunakan oleh umat Islam dan dilakukan dengan mengangkat jari telunjuk.
Didominasi oleh Kroasia (1-2) pada hari Sabtu, Maroko finis di urutan keempat di Piala Dunia 2022 Qatar setelah perjalanan bersejarah.***
Berita Timnas Maroko Lainnya:
Piala Dunia 2022: Josko Gvardiol Man of the Match Laga Kroasia vs Maroko
Piala Dunia 2022: Fakta Menarik Kroasia vs Maroko di Laga Perebutan Tempat Ketiga
Dengan Para Ibu Berada di Sisi Pemain, Maroko Berani untuk Bermimpi Setinggi Langit