- Meski bukan orang pertama, Pep Guardiola dinilai sukses dalam revolusi taktik dengan mengandalkan false 9 di setiap tim asuhannya.
- Lionel Messi satu dari sedikit pemain yang mampu berperan sebagai false 9.
- Namun, taktik dengan false 9 ini kerap memakan korban. Siapa saja mereka?
SKOR.id - Mendapat label sebagai salah satu pelatih terbaik dunia, taktik Josep "Pep" Guardiola kerap menelan korban.
Selalu ada pemain yang terbuang demi mempertahankan filosofi sang pelatih di tiga klub asuhannya.
Revolusi taktik Pep Guardiola sempat mengguncang dunia. Ia pertama kali melakukannya di Barcelona, ketika tim Catalan tersebut memutuskan menunjuk Guardiola naik kelas dari pelatih akademi ke tim senior mulai 2008-2009.
Pertandingan El Clasico kedua di musim pertama Pep Guardiola menjadi saksi betapa perubahan taktik sang pelatih berhasil menggemparkan pecinta sepak bola.
Kala itu, Lionel Messi ditempatkan sebagai false 9 (penyerang palsu) hingga membuahkan kemenangan fantastis 6-2 untuk Barcelona lawan Real Madrid di Stadion Santiago Bernabeu.
"Guardiola mengatakan kepada saya bahwa ia melihat banyak pertandingan Real Madrid, ia telah membicarakannya dengan Tito (Vilanova) dan bahwa saya akan bermain sebagai false 9," kata Lionel Messi, dalam film dokumenter Take the Ball, Pass the Ball.
"Samuel Eto’o dan Thierry Henry akan bermain di samping dan saya bermain di tengah,” ujar Lionel Messi lagi menjelaskan perubahan posisinya dalam kemenangan bersejarah tersebut.
Sejak saat itu, istilah false 9 memang kembali meledak. Lionel Messi pun disebut sebagai satu dari sedikit pemain yang mampu memainkan peran itu dengan sangat baik.
Keputusan Pep Guardiola melakukan perubahan peran pada Lionel Messi membuahkan hasil.
Pemain asal Argentina itu merasakan dampak signifikan dalam perolehan gol, dari 16 di musim 2007-2008 naik menjadi 38 di musim berikutnya.
Selepas meninggalkan jabatannya di Barcelona pada 2012, Pep Guardiola tetap pada pendiriannya untuk menggunakan pemain false 9 di tim barunya, termasuk Bayern Munchen.
Kegigihan sang pelatih tetap pada taktiknya kembali menelan korban. Berikut ini adalah beberapa korban Pep Guardiola akibat memainkan pemain dengan peran false 9 di tiga tim asuhannya:
1. Lionel Messi Paksa Legenda Angkat Kaki
Lionel Messi menjalani periode terbaiknya di bawah asuhan Pep Guardiola.
Bagaimana tidak, La Pulga berhasil melesakkan 211 gol dalam 219 kesempatan membela Blaugrana selama empat tahun kepemimpinan pelatih 50 tahun tersebut.
Demi menjaga konsistensi Lionel Messi, Pep Guardiola harus mengorbankan sejumlah pemain, mulai dari Ronaldinho, Samuel Eto’o, hingga Zlatan Ibrahimovic.
“Masalah saya adalah di filsuf," kata Zlatan Ibrahimovic, memberikan nama lain bagi Josep Guardiola.
"Pep merasa ia telah menemukan sepak bola Barcelona,” kata penyerang asal Swedia itu lagi yang hanya bertahan semusim di Barcelona dan mencetak 22 gol.
Ia tidak cocok dengan Barcelona dan kembali ke Italia. Lalu datang Bojan Krkic mengambil tempatnya, namun meski digadang bakal menjadi bintang masa depan, pemain asal Spanyol ini termasuk yang gagal bersama Guardiola.
“Hubungan dengan Guardiola tidak bagus,” kata Bojan Krkic, yang kini membela Vissel Kobe.
Pemain lain yang juga jadi korban taktik penggunaan false 9 oleh Pep Guardiola di Barcelona adalah Alexis Sanchez dan David Villa.
Penyerang asal Cile, Alexis bertahan tiga musim, sama dengan nama terakhir yang akhirnya pindah ke Atletico Madrid pada 2013.
2. Ajang Coba-Coba dengan Franck Ribery di Bayern Munchen
Pep Guardiola kemudian melanjutkan petualangannya sebagai pelatih dengan merantau ke Jerman bersama Bayern Munchen, dimulai musim 2013-2014.
Ia masih bersikeras memainkan false 9 walau tidak ada Lionel Messi di Allianz Arena. Pada musim pertamanya, pelatih asal Spanyol itu masih mengandalkan Mario Mandzukic.
Mamun di saat yang sama Guardiola mencoba hal lain. Di sini Franck Ribery-lah yang diinstruksikan Pep Guardiola untuk berperan sebagai false 9.
“Ia bertanya kepada saya posisi apa yang ingin saya mainkan. Saya katakan kepadanya bahwa posisi apa pun dalam menyerang,” ucap Ribery kepada L’Equipe.
“Sistem baru ini aneh, berbeda. Anda harus belajar dan banyak berlatih untuk menguasainya," kata Ribery.
Siapa yang dikorbankan Pep Guardiola di Bayern Munchen? Dia adalah Mario Mandzukic, yang dibuang ke Atletico Madrid pada musim panas 2014 meski di musim sebelumnya mencetak 26 gol.
Di musim yang sama Robert Lewandowski datang dan mencetak 67 gol dalam 100 pertandingan di bawah asuhan Pep Guardiola.
“Kami semua belajar banyak darinya. Ia meningkatkan kami. Pep tidak hanya terkesan oleh gol,” kata penyerang asal Polandia ini.
3. Tak Punya Striker Murni Andalan di Manchester City
Lain cerita di Manchester City. Pep Guardiola memutuskan tidak memperpanjang kontrak Sergio Aguero yang habis di pengujung musim 2020-2021.
“Ia tak tergantikan. Ia banyak membantu saya, ia orang yang hebat dan pesepak bola besar yang membawa klub ini ke tempat sekarang,” ucap Pep Guardiola dalam pidato perpisahan untuk Sergio Aguero.
Penyerang asal Argentina ini merupakan top skor sepanjang masa the Citizens, dengan koleksi 260 golnya.
Momen Aguero dan Guardiola di Stadion Etihad memang mengalami pasang surut, dengan beberapa kali keduanya disebut tak akur di ruang ganti.
Kendati demikian, Kun berhasil membukukan 124 gol dalam 183 penampilannya di bawah asuhan Guardiola sebelum pindah ke Barcelona secara gratis pertengahan tahun ini.
Sejak musim lalu, Sergio Aguero memang tak lagi menjadi pilihan utama Pep Guardiola. Sementara Gabriel Jesus juga tak kunjung mendapat kepercayaan penuh.
Alhasil, beberapa pemain tipe penyerang dijadikan andalan Pep untuk menjebol gawang lawan.
“Ferran Torres memiliki insting yang bagus untuk mencetak gol dan merupakan pemain yang benar-benar bergerak dengan sangat baik. Dia bisa menjadi penyerang kami,” kata Pep Guardiola soal eks pemain Valencia ini, yang telah berkontribusi 16 gol sejak perekrutannya pada 2020.
Tapi pilar asal Spanyol itu bukan satu-satunya pemain yang dimanfaatkan Pep Guardiola sebagai penyerang.
Kegagalan Manchester City mendapatkan Harry Kane dari Tottenham Hotspur justru memaksa sang pelatih harus putar otak, bagaimana membuat gol tetap mengalir meski tak punya striker murni.
Sejauh ini, boleh dibilang eksperimen Pep Guardiola cukup berhasil. Ilkay Gundogan (17 gol), Phil Foden (16), Riyad Mahrez (14), Raheem Sterling (14), Ferran Torres (13), dan Kevin De Bruyne (10) membuat Manchester City tampak tak membutuhkan penyerang anyar.
Buktinya, mereka berhasil menyabet gelar Liga Inggris dan lolos ke final Liga Champions untuk pertama kalinya di musim lalu.
“Striker adalah striker dan kami tak memiliki senjata itu, tapi tim lain seperti Chelsea, Manchester United, atau Tottenham Hotspur memilikinya," kata Josep Guardiola.
"Kami tak punya pemain yang mencetak 25 gol per musim, tapi kami melakukannya sebagai sebuah tim,” kata Pep Guardiola soal ketiadaan penyerang murni di Manchester City.
Setelah bermain imbang tanpa gol melawan Southampton musim ini, Pep Guardiola bersikeras kegagalan timnya mencetak gol bukan karena tak memiliki penyerang.
“Kami tidak menang karena bola ke area depan kami tidak bagus, bukan karena kami tak memiliki penyerang tengah,” ucapnya saat itu.
Pep Guardiola mungkin benar, ia tak benar-benar butuh seorang striker murni di timnya.
Dengan sederet trofi yang ia raih, 14 di Barcelona, tujuh di Bayern Munchen, dan sepuluh di Manchester City, menjadi bukti bahwa cukupd engan false 9 Guardiola mampu mendatangkan gelar.
Mantan bintang Barcelona dan Tottenham Hotspur, Gary Lineker, bahkan pernah berujar, “Jika City bisa mendapatkan penyerang tengah, mereka bisa memiliki musim yang sangat luar biasa”.
Penyerang Berkarakter 9 dalam Kepelatihan Josep Guardiola
1. Sergio Aguero (Manchester City)
124 gol, 183 laga
2. Gabriel Jesus (Manchester City)
85 gol, 205 laga
3. Robert Lewandowski (Bayern Munchen)
67 gol, 100 laga
4. Samuel Eto'o (Barcelona)
36 gol, 52 laga
5. David Villa (Barcelona)
32 gol, 76 laga
6. Thierry Henry (Barcelona)
30 gol, 74 laga
7. Bojan Krkic (Barcelona)
29 gol, 115 laga
8. Mario Mandzukic (Bayern Munchen)
26 gol, 48 laga
9. Zlatan Ibrahimovic (Barcelona)
22 gol, 46 laga
10. Alexis Sánchez (Barcelona)
14 gol, 41 laga
11. Claudio Pizarro (Bayern)
12 gol, 43 laga
12. Kelechi Iheanacho (Manchester City)
7 gol, 29 laga
VIDEO: Satu Hal yang Dibanggakan Luis Enrique meski Spanyol Gagal Juarai UEFA Nations League https://t.co/bJBmWfPOru— SKOR.id (@skorindonesia) October 12, 2021
Berita Manchester City Lainnya
Lima Alasan Manchester City Tidak Bisa Raih Gelar Liga Inggris Musim Ini
Termasuk ke Gawang Manchester City, Ini 6 Gol Terbaik Mohamed Salah di Liverpool