- Manchester City menjadi tim yang mencatatkan perubahan drastis yang cepat dalam kembali ke trek kemenangan.
- Setelah kekalahan dari Tottenham Hotspur, mereka tidak pernah lagi terkalahkan di Liga Inggris.
- Sukses City tidak hanya ditandai meningkatnya performa Ilkay Gundogan melainkan juga fleksibilitas Joao Cancelo.
SKOR.id - Manchester City akan menghadapi Tottenham Hotspur dalam lanjutan Liga Inggris pekan ke-24, malam ini atau Minggu (14/2/2021) dini hari WIB.
Pertemuan ini mengingatkan kembali situasi yang terjadi setelah pada pertemuan pertama keduanya, pada pekan ke-9 Liga Inggris, 21 November 2020 lalu.
Ketika itu di Stadion Tottenham Hotspur, Manchester City kalah 0-2 karena gol Son Heung-min dan Giovani Lo Celso.
Kekalahan itu sekaligus juga semakin menegaskan sulitnya Manchester City konsisten dalam meraih hasil positif.
Sebelum kekalahan tersebut, The Citizens memang tidak pernah mampu meraih kemenangan beruntun.
Pasukan Josep Guardiola menang atas Wolverhampton Wanderers di pekan pertama, tapi kemudian kalah dari Leicester City.
Pada pekan selanjutnya, imbang lawan Leeds United lalu menang atas Arsenal. Kemenangan tersebut tidak berlanjut karena kemudian mereka ditahan West Ham di laga berikutnya.
Manchester City kembali menang di pekan ke-7 atas Sheffield United, namun kemudian imbang lawan Liverpool.
Hingga akhirnya mereka kembali mengalami kekalahan saat lawan Tottenham. Naik dan turun bagai roller coaster itu menjadi performa The Citizens mengawali musim 2020-2021.
Namun, kini Manchester City justru tiba-tiba sudah memimpin klasemen sementara Liga Inggris.
Tim yang sebelumnya dinilai akan kesulitan untuk meraih gelar Liga Inggris, kini justru menjadi kontestan paling konstan.
Skor.id merangkum momen yang menjadi kunci titik tolak kebangkitan Manchester City. Berikut penjelasannya:
1. Kekalahan dari Tottenham
Kekalahan dari Tottenham membuat posisi Manchester City anjlok hingga ke peringkat ke-9 klasemen sementara saat itu di pekan ke-9.
Pasukan Josep Guardiola hanya hanya mengoleksi 15 poin dari kemungkinan 27 poin.
Sebaliknya, kemenangan itu membuat Tottenham asuhan Jose Mourinho berhasil memimpin klasemen sementara dengan 20 poin.
Meski demikian, setelah kekalahan dari Spurs tersebut, Manchester City justru memperlihatkan grafik positif.
Mereka tidak terkalahkan dalam 14 laga beruntun, dengan 10 laga terakhir di antaranya melibas semua poin alias menang. Termasuk kemenangan atas Liverpool.
Ironisnya, perbedaan justru terlihat dengan berganti posisi. Setelah kemenangan atas The Citizens, Spurs tidak pernah lagi meraih konsistensi dalam meraih kemenangan.
Dalam 13 laga setelah lawan City, Harry Kane dan kawan-kawan hanya meraih empat kemenangan.
Dalam sembilan laga lainnya, Spurs mengalami lima kekalahan dan tiga kali imbang. Dengan demikian, jika membandingkan keduanya, City praktis mampu meraih poin lebih banyak.
Membandingkan pencapaian poin yang diraih Manchester City setelah kekalahan dari Spurs dengan poin yang diraih klub lainnya terlihat bahwa City memperlihatkan progres yang jauh lebih baik.
City berhasil menambah 35 poin dalam fase tersebut. Mereka tercatat sebagai tim paling berprogresif.
Tim kedua yang juga banyak meraih poin di fase itu adalah Manchester United dengan 29 poin.
Sedangkan yang ketiga adalah Leicester City dan West Ham yang masing-masing meraup 25 poin.
Tottenham Hotspur yang paling minim dengan hanya meraih 16 poin lalu Liverpool dengan hanya menambah 20 poin.
2. Momen setelah lawan West Brom
Melesatnya posisi Manchester City dari peringkat kesembilan ke posisi puncak klasemen diakui Josep Guardiola sebagai sesuatu yang tidak terduga.
Pelatih Manchester City tersebut mengakui bahwa sebelum berhasil membawa timnya meraih titik tolak, dia sendiri tidak mengenali karakter permainan timnya ketika mengalami fase naik dan turun.
Namun, Pep justru menegaskan bahwa kekalahan dari Tottenham bukanlah titik tolak yang membuat The Citizens kemudian bangkit.
Pelatih asal Spanyol ini menilai kekalahan tersebut hanya hasil buruk yang terjadi.
Sebaliknya, Guardiola mengakui titik nadir yang dirasakannya justru di laga selanjutnya yaitu saat imbang lawan Manchester United 0-0 dan imbang 1-1 lawan West Bromwich.
Hasil imbang lawan West Brom, tim yang ketika itu merupakan penghuni papan bawah membuat dirinya berpikir ada sesuatu yang salah dari timnya.
"Secara spesifik, momen itu terjadi setelah pertandingan menghadapi West Brom," kata Guardiola.
Lalu apa yang membuat Pep berikir laga lawan West Brom sebagai momen terpenting dari perubahan positif yang diraih timnya?
"Kami memiliki dua peluang yang sangat baik di akhir pertandingan, dan setelah laga berakhir saya merasa ini bukanlah tim yang saya kenal," kata Josep Guardiola lagi.
Dalam pertandingan tersebut, gol City diciptakan Ilkay Gundogan pada menit ke-30 sedangkan gol balasan West Brom terjadi karena gol bunuh diri bek City, Ruben Dias pada menit ke-43.
"Saya tidak menyukai apa yang saya lihat. Lalu kami berbicara dan kami mengatakan, baiklah, kami harus kembali kepada prinsip yang kami pegang," kata Pep, bercerita.
Menurut Pep, setelah itu, dia pun membangun kami dari apa yang dilihatnya saat lawan West Brom.
"Kami harurs kembali ke cara kami bermain. Mengalirkan bola lebih cepat, lebih banyak operan, tidak terlalu banyak berlari dengan bola," kata Pep.
"Intinya adalah komitmen kami setelah itu. Kami ingin melakukan sesuatu yang lebih, dan mereka (pemain) melakukannya," kata Pep.
3. Pola 3-4-3 Berlian
Sepanjang musim ini, dari sejumlah pola yang diterapkan Josep Guardiola, ada satu pola yang tidak biasa yaitu 3-4-3.
Skema tersebut diterapkan saat menghadapi Newcastle United, 26 Desember 2020. Ya, pertandingan dalam momen Boxing Day.
Ketika itu, Manchester City juga dihantam sejumlah cedera dan sakit. Serta sejumlah pemain yang baru sembuh.
Salah satu pemain yang tidak bisa tampil di laga ini adalah Kyle Walker, yang biasa mengisi posisi bek kanan.
Dengan absennya Kyle Walker, Joao Cancelo idealnya mendapatkan posisi di bek kanan tersebut.
Namun, Josep Guardiola rupanya memiliki ide lain. Dia justru menempatkan Joao Cancelo di lini tengah dalam pola berlian empat gelandang dengan skema 3-4-3.
Joao Cancelo di lini tengah bersama Rodri dan Ilkay Gundogan mendukung Kevin De Bruyne sebagai playmaker.
Momen ini menjadi penting karena tidak hanya mengatasi krisis pemain yang terjadi saat itu melainkan juga mengeluarkan kemampuan terbaik dari Joao Cancelo.
Menghadapi Newcastle, pemain asal Portugal ini kerap melakukan pergerakan menusuk ke dalam memberikan dukungan kepada Kevin De Bruyne.
Meski demikian, 3-4-3 tersebut hanya digunakan dalam laga lawan Newcastle karena selanjutnya Pep kembali menggunakan pola biasanya, 4-3-3 atau 4-2-3-1.
Fleksibilitas Joao Cancelo menjadi poin penting lainnya dari sukses Manchester City selaiin meningkatnya performa Ilkay Gundogan dan Raheem Sterling.
Dia selalu mampu bermain di dua posisi yang berbeda yaitu sebagai bek kanan atau kiri, serta tentu saja sebgai gelandang saat lawan Newcastle.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Selangkah Lagi, Sadio Mane Jadi Pemilik Klub asal Prancis https://t.co/13TqTy3YBX— SKOR Indonesia (@skorindonesia) February 13, 2021
Berita Manchester City Lainnya:
Gelandang Manchester City Enggan Berpuas Diri usai 22 Laga Tak Terkalahkan
Prediksi Manchester City vs Tottenham Hotspur: Pertemuan ke-25 Pep dan Mourinho