- Gelandang Udinese, Rodrigo De Paul, mengaku sangat kagum dengan Lionel Messi.
- Tersihir dengan karisma kapten tim nasional Argentina itu, De Paul bahkan mau berperang kalau disuruh oleh Messi.
- Playmaker 26 tahun tersebut digadang-gadang sebagai simbol skuad Albiceleste masa depan.
SKOR.id - Nama besar dan prestasi Lionel Messi membuat rekan-rekannya di tim nasional Argentina tunduk. Ia menjadi sumber inspirasi para pemain muda.
Pemain Udinese, Rodrigo De Paul, mengutarakan pujian terhadap sang megabintang.
Playmaker 26 tahun tersebut dipanggil ke tim Tango sejak Oktober 2018. Di sana, ia belajar secara langsung dari Messi dan tersihir dengan karismanya.
De Paul yang kini jadi rebutan beberapa tim-tim Eropa tersebut makin memantapkan eksistensinya di bawah asuhan Lionel Scaloni.
Berikut petikan wawancara Rodrigo De Paul dengan FIFA.com.
Bagaimana sepak bola hadir dalam hidup Anda?
Itu dimulai sebagai sebuah kesenangan meski dalam kenangan saya dan foto lama, saya selalu memakai kostum sepak bola dan membawa bola, baik di rumah atau Club Deportivo Belgrano, rumah kedua saya.
Tidak ada hal lain yang menarik bagi saya, dan dalam kasus lain, tidak ada cukup uang untuk konsol Sega atau PlayStation.
Bagaimana Anda sampai di Racing, klub pertama?
Tidak pernah direncanakan. Saya tidak mengatakan, “Saya ingin berada di lapangan bermain sepak bola 11 orang di setiap sisi”. Orang yang membawa saya merupakan sahabat saya. Saat anak-anak, saya bermain sepak bola lima orang pertim dan dia ingin tes untuk mereka (Racing), jadi saya mengikutinya.
Mereka bertanya apa posisi saya, saya jawab pemain nomor 10, itu awalnya saya jadi seorang playmaker.
Pelatih Anda di tim anak-anak bilang Anda tidak mau mengejar bola…
Ya! Dengan klub lokal, semua terjadi secara alami. Saya tidak pernah latihan bergerak, tapi saya dengan mudah menghindari lawan, jadi saya tumbuh dengan ide hanya itu yang ada di sepak bola.
Kapan dan bagaimana perubahan terjadi?
Jika harus memilih satu peristiwa, kematian kakek saya. Kami sangat bergantung kepadanya, dia dulu yang sering mengantar saya latihan, contohanya…Saya berusia 14 tahun ketika dia sakit dan meninggal. Itu sangat mengguncang saya.
Saat itu juga, saya memutuskan lebih serius mendalami sepak bola, bukan hanya karena sesuatu yang mahir saya lakukan, tapi juga dapat membantu keluarga.
Sisanya berasal dari akumulasi pengalaman ketika berurusan dengan kemunduran dan segala hal. Copa Amerika menjadi bukti atas semua kerja keras yang sepadan.
Bicara tentang tim nasional, bagaimana Anda tahu dipanggil untuk pertama kali pada September 2018?
Direktur Olahraga Udinese yang mengenal Walter Samuel saat membela AS Roma, membocorkan bahwa dia akan memanggil saya. Saya kira dia (Samuel) hanya akan bilang mereka memantau saya, tapi ketika dia mengonfirmasi bahwa saya ada dalam tim, sungguh terharu.
Meski saya tidak menyadari besarnya apa yang terjadi hingga saya berada di lapangan dan mendengar lagu kebangsaan. Itu sungguh memukul saya.
Anda langsung menjadi wajah generasi baru tim Argentina, di dalam dan luar lapangan…
Saya tidak tahu akan menyebut kami tim baru. Bagi saya, kami jadi bagian tim saat ini. Setelah dampak dari dipanggil (ke timnas) dan bermain, memenuhi mimpi, yang Anda rasakan adalah tanggung jawan.
Mewakili 45 juta warga Argentina bukan candaan. Beruntung, kami sukses di Copa America meski tidak juara. Kami kalah di semifinal dari Brasil, tapi suporter memahami apa yang kami lakukan.
Apa benar, Anda merupakan pelawak di tim?
Itu yang mereka katakan, tapi kadang saya hanya akan melempar sebuah ide dan yang lain akan menjalankannya…Tucu Pereyra, Leo Paredes…Bahkan Messi juga sering bergabung, jadi saya bukan satu-satunya (tertawa).
Bicara tentang Messi, dia menyanjung Anda. Bagaimana rasanya?
Anda sangat mengaguminya, tapi ketika Anda mulai bertukar pikiran dengannya, dia sangat terbuka, sehingga alih-alih mengatakan apa pendapat Anda tentangnya, Anda merasa lebih baik menanyakan bagaimana anak-anaknya atau mengingatkan saat dia mengeluarkan Anda dengan kancing di sepatu sepak bola dalam laga Valencia-Barcelona.
Ketika dia menjadi kapten Anda, Anda rela pergi berperang untuknya kalau dia yang meminta.
Grup tampak harmonis di Copa America. Anda setuju?
Tim yang terpilih adalah grup terbaik yang pernah saya ikuti. Itu mulai bersama-sama dengan staf pelatih dan mulai menyelaraskan banyak hal: pemain, konsep, momentum…
Faktor kuncinya, semua orang tahun apa yang harus dilakukan, tak ada yang memonopoli berita utama. Satu-satunya yang tak tersentu adalah Leo. Sisanya, kami berkontribusi dengan melakukan apa yang diminta.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita Timnas Argentina Lainnya:
Angel Di Maria Tuntut Penjelasan Gegara Tak Dipanggil Timnas Argentina
Emiliano Martinez Targetkan Tempat Utama di Arsenal dan Timnas Argentina