Zinedine Zidane, Ogah Jadi Pelatih hingga Gemblengan Italia

Hedi Novianto

Editor:

  • Pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane, tak pernah disangka dan menyangka akan menjadi juru taktik.
  • Orang Prancis ini tak pernah bercita-cita jadi pelatih, tapi akhirnya menjadi juru taktik sukses.
  • Zinedine Zidane adalah pelatih ala Italia.

SKOR.id - Zinedine Zidane tak pernah bercita-cita jadi pelatih. Akan tetapi sekarang juru taktik Real Madrid ini justru menjadi pelatih sukses "bergaya Italia".

Selain dirinya, rekan-rekannya selama masa karier bermain juga tidak pernah memprediksi bahwa Zinedine Zidane akan menjadi pelatih, apalagi meraih kesuksesan.

Hal itu dikatakan Richard Witschge, bekas pemain Belanda yang pernah bermain bersama Zinedine Zidane di klub Girondins Bordeaux pada kurun 1993-1996.

"Saya pikir tidak. Sebab dia sangat pemalu...tepatnya tidak senang menarik perhatian" ujar Witschge saat ditanyakan Bleacher Report apakah ada kesan Zidane akan menjadi pelatih.

"Saya main tiga tahun bersamanya di Bordeaux, dia ingin menjadi pemain terbaik di dunia. Tapi dia tak pernah mau jadi pelatih," kata lelaki 50 tahun ini.

Zidane memang ogah menjadi pelatih ketika gantung sepatu pada 2006. Pelatih 47 tahun ini merasa tak punya bakat untuk melakukannya.

"Saya tak pernah ingin menjadi pelatih setelah gantung sepatu. Saya tak pernah tertarik," kata Zidane kepada media Spanyol, AS, 2018.

Itu dibuktikan Zidane dengan menjadi Direktur Olahraga Real Madrid usai pensiun dari karier bermainnya di klub ibu kota Spanyol tersebut pada 2006.

Tujuh tahun kemudian, Carlo Ancelotti memintanya menjadi asisten di kursi pelatih Madrid. Setelah itu, Zidane --yang antara lain meraih sukses bermain bersama Juventus-- menangani tim junior Madrid.

Tanpa dinyana pada Januari 2016, Zidane diminta Madrid menjadi pelatih caretaker menyusul pemecatan Rafael Benitez. Ajaibnya, Zidane justru berhasil memberi trofi juara.

Tidak tanggung-tanggung, Madrid diantar juara Liga Spanyol, Liga Champions, Piala Spanyol (Copa del Rey), Piala Super Spanyol, dan Piala Dunia AntarKlub.

Bahkan di tangan Zidane, Madrid menjuarai Liga Champions tiga kali beruntun --2016-2018. Belum pernah ada pelatih yang pernah melakukannya selain Zidane.

Lima tahun di kursi pelatih Madrid, Zidane kemudian mundur akibat penurunan prestasi. Namun, pada Maret 2019, lelaki yang menjuarai Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 bersama Prancis itu kembali menjadi pelatih Madrid.

Prosesnya menjadi pelatih seolah duplikat dirinya saat masih bermain dengan peran playmaker yang elegan.

Zidane saat menjadi pemain pada kurun 1989-2006 bukan sosok yang doyan pamer kehebatan. Dia cenderung pendiam yang bergerak dengan gaya alunan balet hingga masuk pertahanan lawan.

Namun, itu hanya permukaannya. Zidane adalah orang yang selalu mendengarkan instruksi, arahan, atau nasehat. Seolah-olah dia sedang magang.

"Dia seperti spons, menyerap segalanya. Dia mendengarkan dengan saksama," ujar jurnalis Spanyol, Frederic Hermel, yang menulis buku biografi Zidane tahun lalu.

"Dia bukan orang yang banyak bicara, dia mendengarkan dan mengobservasi. Dengan latar ini, mungkin Anda bisa memahami mengapa Zidane kemudian menjadi pelatih," katanya.

Hal senada juga disampaikan Guy Lacombe, satu di antara pelatih yang menangani Zidane saat berada di akademi Cannes.

"Pertama, kualitasnya memang bagus," kata Lacombe kepada laman So Foot, 2017.

"Kedua, yang membuatnya makin berharga, adalah dia pendengar yang menyerap segala arahan dan mau belajar. Jarang ada pemain seperti itu."

Sejak masih menjadi pemain, menurut Witschge, Zidane pun sudah menunjukkan gelagat soal permainan sepak bola favoritnya.

Witschge mengungkapkan Zidane senang sepak bola menyerang, indah, dan teknis. "Sepak bola yang bagus, itu gaya bermainnya.

"Dia selalu mengatakan senang pada gaya permainan Ajax (Amsterdam) dan Barcelona ketika itu, sebuah gaya ala Johan Cruyff," ujar Witschge yang pernah pula bermain untuk dua klub itu.

Gemblengan ala Italia

Berikutnya, yang mungkin tidak pernah diduga Zidane, adalah gemblengan saat pindah ke Juventus pada 1996.

Zidane untuk pertama kalinya mengenal program fitness yang intensif saat masa pramusim. Itu digambarkan oleh Dimas, pemain Portugal yang masuk Juventus bareng Zidane.

"Jujur, secara fisik seperti mimpi buruk. Buat para pemain Italia, latihan keras seperti itu adalah makanan sehari-hari. Berkat itu saya menjadi lebih baik, saya pikir Zidane juga," katanya.

Pengalaman Zidane dengan latihan fisik ekstra keras ala Italia ini dibawanya ke Real Madrid pada 2016. Menjadi caretaker, Zidane juga melatih fisik dan kekuatan para pemainnya.

Latihan fisik yang sangat keras dipercaya menjadi salah satu dasar keberhasilan Madrid menjuarai Liga Spanyol dan Liga Champions pada 2016.

Pemahaman Zidane terhadap kebugaran fisik juga menjadi dasar untuk lebih sering mengistirahatkan Cristiano Ronaldo di Liga Spanyol agar punya permainan puncak di babak gugur Liga Champions.

Pelajaran berharga lain yang diterima Zidane saat bermain di Liga Italia adalah budaya untuk menang. Apalagi Juventus adalah klub peraih gelar juara Liga Italia terbanyak.

Pelatih Juventus saat Zidane berada di sana adalah Marcello Lippi yang menerapkan standar kerja sangat tinggi. Persaingan untuk menjadi pemain terpilih pun sangat ketat.

"Dia belajar soal persaingan tingkat tinggi dalam segala hal di Italia. Dia belajar persaingan pemain, perencanaan musim, latihan fisik keras pada musim panas dan musim dingin.

"Sebagai pelatih, Zidane adalah orang Italia," ujar Hermel.

Dari segi taktik, Zidane bukan inventor. Pendekatannya adalah lebih dulu menguatkan pertahanan sebelum menyerang. Kebalikan dari gaya sepak bola menyerang yang disukainya.

Hermel menyebut Zidane adalah sosok pelatih yang pragmatis. Zidane, yang berdarah Aljazair, juga tak suka membicarakan taktik secara terbuka.

Zidane pun tak obral kata-kata kepada para pemainnya saat memberikan instruksi. Ini adalah buah pengalaman pribadinya saat menjadi pemain.

"Saat masih bermain, saya benci jika pelatih terlalu lama melakukan team talks. Teman-teman saya juga berhenti mendengarkan setelah 10 menit.

"Jadi ketika saya bicara dengan para pemain, saya hanya memberi maksimal tiga instruksi. Tidak lebih, tidak kurang," kata Zidane dalam buku biografinya yang berjudul Zidane.

Soal gaya ini, menurut Dimas, mirip dengan Lippi. Pelatih yang membawa Italia juara dunia 2006 itu sangat kalem dan baru agresif ketika harus membuat keputusan besar.

"Secara umum, Lippi hanya sering mengatakan 'Kalian tahu apa yang harus dilakukan'. Saya kira Zinedine Zidane juga begitu," kata Dimas.

Ikuti juga Instagram, Facebook, Twitter, dan YouTube dari Skor Indonesia.

Berita Zinedine Zidane Lainnya:

5 Siasat Zinedine Zidane dalam Perebutan Gelar Liga Spanyol

2 Minggu Latihan, Ini Kalimat yang Selalu Diulang Zinedine Zidane

Source: Daily MailBleacher Report

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

barito putera vs bali united

Liga 1

Prediksi dan Link Live Streaming Barito Putera vs Bali United di Liga 1 2024-2025

Barito Putera menjamu Bali United di Stadion Demang Lehman dalam laga pekan ke-24 Liga 1 2024-2025, Senin (24/2/2025).

Teguh Kurniawan | 23 Feb, 16:32

Bandung BJB Tandamata - Proliga 2025

Other Sports

Bandung BJB Tandamata Penuhi Janji Tutup Proliga 2025 dengan Kemenangan

Madeline Guillen dan kawan-kawan berhasil kalahkan Jakarta Livin Mandiri, 3-1, pada laga terakhir babak reguler Proliga 2025 di Palembang.

I Gede Ardy Estrada | 23 Feb, 15:33

Sepak bola wanita Indonesia. (Dede Mauladi/Skor.id)

Esports

Deretan Pemenang Milklife Soccer Challange 2025 Seri Surabaya

Tak kurang dari 1.633 siswi yang terbagi dalam 106 tim KU 12 dan 40 tim KU 10 turut berpartisipasi.

Gangga Basudewa | 23 Feb, 15:14

Kompetisi Liga Italia 2024-2025 dimulai pada Sabtu (17/8/2024) lalu. (Dede Sopatal Mauladi/Skor.id).

Liga Italia

Liga Italia 2024-2025: Jadwal, Hasil, dan Klasemen

Liga Italia 2024-2025 telah bergulir pada Sabtu (17/8/2024) lalu, berikut ini jadwal, hasil, dan klasemen yang diupdate sepanjang musim ini bergulir.

Irfan Sudrajat | 23 Feb, 15:03

Proliga 2025

Other Sports

Update Proliga 2025 Sektor Putra: Jadwal, Hasil, dan Klasemen

Kompetisi sektor Proliga 2025 hanya akan diikuti oleh lima tim voli dan akan berlangsung pada 3 Januari–11 Mei mendatang.

Doddy Wiratama | 23 Feb, 14:46

Como 1907 menang 2-1 atas Napoli, Minggu (23/2/2025) malam WIB. (Dede Sopatal Maulad/Skor.id)

Liga Italia

Como Tekuk Napoli, Bantu Inter Milan Bertahan di Puncak Klasemen Liga Italia

Como menang 2-1 atas Napoli, Minggu (23/2/2025) malam WIB yang membuat Inter Milan bertahan di puncak klasemen Liga Italia 2024-2025.

Irfan Sudrajat | 23 Feb, 14:46

Kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Indonesia, Liga 1 2024-2025. (Hendy Andika/Skor.id)

Liga 1

Liga 1 2024-2025: Jadwal, Hasil, Klasemen, dan Profil Klub Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen Liga 1 2024-2025 yang terus diperbarui seiring berjalannya kompetisi, plus profil tim peserta.

Skor Indonesia | 23 Feb, 14:08

Malut United vs PSS Sleman. (Dede Sopatal Mauladi/Skor.id)

Liga 1

Hasil Malut United vs PSS Sleman: Diego Martinez Bawa Naga Gamalama Amankan Tiga Poin

Hasil ini menjadi debut yang tidak bagus untuk pelatih anyar PSS, Pieter Huistra.

Rais Adnan | 23 Feb, 13:59

Banten International Stadium, Serang, jadi kandang baru Dewa United FC. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id)

Liga 1

Dewa United FC Resmi Representasikan Banten, Ganti Nama dan Stadion Musim Depan

Dewa United FC resmi mendeklarasikan diri sebagai Banten Warriors, jadi klub representasi Banten, Minggu (23/2/2025).

Taufani Rahmanda | 23 Feb, 13:52

Hasil Pro Futsal League 2024-2025, kompetisi futsal putra kasta tertinggi di Indonesia. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id)

Futsal

Rekap Hasil Pro Futsal League 2024-2025: Cosmo JNE Bangkit, Fafage Banua Juara Paruh Musim

Lima pertandingan di hari kedua pekan ketujuh Liga Futsal Indonesia kategori putra musim ini pada Minggu (23/2/2025).

Taufani Rahmanda | 23 Feb, 13:32

Load More Articles