- Pandemi Covid-19 membuat enam klub elite Liga Inggris bisa merugi maksimal hingga Rp2,1 trilun.
- Ancaman kerugian terbesar bisa dialami oleh Manchester United, Manchester City, dan Liverpool.
- Meski merugi, keuangan enam klub elite Liga Inggris diprediksi akan tetap aman.
SKOR.id - Lantaran krisis Covid-19, enam klub elite Liga Inggris terancam merugi antara 32 juta pounds hingga 111 juta pounds.
Dari enam klub elite Liga Inggris itu Manchester United, Manchester City, dan Liverpool akan mengalami kerugian paling besar.
Baca Berita Liga Inggris Lain: Liga Inggris Terancam Rugi Rp19,9 Triliun jika Tak Dilanjutkan
Sinyalemen itu disampaikan disampaikan analis dan kolomnis bisnis sepak bola bernama maya Swiss Ramble. Ia memprediksi dengan basis laporan keuangan mayoritas Liga Inggris pada musim 2018-2019.
Manchester United, misalnya, bakal merugi hingga 111 juta pounds atau sekitar Rp2,1 triliun. Kerugian itu akan terjadi jika kompetisi Liga Inggris musim ini tidak berlanjut atau berhenti total.
CEO Premier League sebagai penyelenggara Liga Inggris sudah mengatakan bahwa pihaknya bisa merugi hingga Rp1 miliar pounds atau sekira Rp19,9 triliun jika kompetisi berhenti total.
Adapun Manchester City diperkirakan mengalami kerugian 100 juta pounds atau sekitar Rp1,9 triliun.
Sedangkan perkiraan kerugian empat klub berikutnya, Liverpool 96 juta pounds, Chelsea 86 juta pounds, Tottenham Hotspur 82 juta pounds, dan Arsenal 74 juta pounds.
Kerugian itu akan dipicu oleh hilangnya sejumlah pemasukan di semua pos.
Contohnya dari pos pemasukan match day meski porsinya terhadap seluruh penghasilan "cuma" 13 persen. Tetapi angkanya cukup besar, bisa lebih dari 80 juta pounds.
Lantas, jika empat hingga enam pertandingan rata-rata akibat pandemi Covid-19 tidak dimainkan pada sisa musim ini, pemasukan yang hilang dari pos match day bisa mencapai 120 juta pounds bagi Premier League.
Sementara rentang pemasukan yang hilang dari match day bagi klub mulai 17 juta pounds (Man United) hingga 1 juta pounds (Bournemouth).
Porsi pemasukan terbesar yang hilang adalah dari hak siar karena porsinya mencapai 59 persen dari seluruh uang masuk. Angkanya dimulai dari 261 juta pounds (Liverpool) hingga 100 juta pounds (Norwich City).
"Karena aliran uang dari hak siar televisi sangat penting, Premier League sepakat untuk menyetor tahap terakhir dana yang tergantung dari posisi klub di klasemen," kata Swiss Ramble.
"Namun, di sisi lain, stasiun TV akan mengundur pembayaran pertama untuk musim depan (yang biasanya pada Juni/Juli) sampai situasinya benar-benar kondusif."
Meski begitu, kerugian hingga ratusan juta pounds bagi enam klub elite Liga Inggris itu tak akan membuat minus keuangan mereka. Sebaliknya bagi klub-klub selain mereka.
Tanpa pemasukan reguler, klub-klub non-elite atau klub kecil akan menjumpai masalah serius. Bahkan bukan tidak mungkin ada ancaman kebangkrutan.
Baca Berita Liga Inggris Lain: 5 Jawara Liga Inggris yang Akan Dijual pada Akhir Musim 2019-2020
Sebutlah klub seperti Leicester City dan Burnley yang kehilangan pemasukan hingga 30 persen. Bandingkan, ancaman kerugian Rp2,1 triliun bagi Man United "hanya" 18 persen dari seluruh pemasukan mereka.
Jadi, Swiss Ramble melanjutkan, secara keseluruhan klub Liga Inggris, kerugian akan mencapai 762 juta pounds.
Imbasnya akan terasa hingga divisi bawah seperti Championship yang selama ini menerima subsidi (parachute payments) dari klub-klub divisi utama Liga Inggris.