- Penangguhan kompetisi, terutama di Eropa, membuat klub-klub sepak bola dan pengelola liga mengalami kerugian finansial.
- Kerugian klub setidaknya datang dari dua pos yang menjadi mesin penghasilan terbesar.
- Bila kompetisi dihentikan, pos penghasilan dari hadiah uang terancam macet.
SKOR.id - Kompetisi sepak bola di hampir seluruh dunia sedang ditangguhkan akibat pandemi virus corona. Penangguhan ini bisa memicu kerugian finansial.
Kerugian harus ditanggung klub dan juga pengelola kompetisi. Eropa, yang unggul dalam bisnis sepak bola, mengalami kerugian paling hebat.
Maklum dalam situasi normal dan ada pertandingan, klub sudah pasti mengantongi penghasilan dari dua pos; tiket masuk stadion dan hak siar televisi.
Baca Juga: Bila Dihentikan, Liga Spanyol Merugi hingga Rp11,5 Triliun
Jadi, ketika kompetisi ditangguhkan dan pertandingan ditiadakan --bahkan termasuk tanpa penonton sekalipun, klub akan merugi.
Secara umum, klub sepak bola punya enam pos penghasilan. Masing-masing adalah hak siar televisi, penjualan tiket stadion, hadiah uang (prize money),merchandise, transfer pemain, dan sponsor.
Hak Siar
Ini adalah pemasukan paling besar yang diterima klub sepak bola di Eropa, nominal terbesar diterima klub-klub Liga Inggris.
Porsi pemasukan dari hak siar, menurut Deloitte Football Money League, bisa mencapai 50 persen dari total penghasilan klub di Eropa dalam semusim.
Jumlah uang dari pos ini akan bergantung pada jumlah pertandingan setiap klub yang disiarkan langsung oleh televisi.
Sebagai contoh Liverpool, yang pada musim 2018-2019 adalah klub Inggris dengan pemasukan hak siar terbanyak.
Meski cuma menjadi runners-up, Si Merah 29 kali disiarkan langsung dan mengantongi pemasukan hingga 33,5 juta pounds atau Rp594 miliar.
Jika tak ada pertandingan, berarti tak akan ada siaran langsung. Alhasil pos pemasukan hak siar bakal menurun drastis.
Di Inggris, Premier League menjual hak siar per tiga tahun. Jadi sejak 2016, penjualan hak siar terbesar Liga Inggris adalah ke Cina dengan nilai untuk tiga tahun sekitar Rp10,1 triliun atau 560 juta pounds.
Uang itu kemudian dibagi merata ke 20 klub Liga Inggris. Per musim, 95 persen uang dari televisi mengalir ke klub. Hanya lima persen diambil Premier League.
Tiket Stadion
Hari pertandingan adalah masa yang dinanti oleh klub dan penggemar. Bagi klub, ini adalah uang nyata di depan mata.
Apalagi jika lawan yang dihadapi adalah tim besar atau rival berat sesama pesaing di jalur juara. Tiket bakal terjual habis untuk kapasitas yang disediakan.
Baca Juga: Jika Liga Inggris Dihentikan, Premier League Rugi Besar
Bisa juga klub meraih pemasukan lumayan jika menjual harga tiket relatif mahal.
Manchester United adalah klub dengan kapasitas stadion terbesar di Liga Inggris, 74.994 kursi.
Pada musim 2018-2019, Man United mengantongi total pemasukan dari tiket penonton hingga 110,8 juta atau sekiar Rp2 triliun.
Sementara Arsenal adalah klub dengan harga tiket masuk pertandingan termahal di Inggris, rerata sekitar 95,5 pounds per orang.
Tiket stadion juga bisa diterima di depan, yakni menjual tiket musiman atau terusan. Penjualan tiket musiman akan semakin baik ketika sebuah tim mampu merekrut pemain yang menjanjikan sebelum kompetisi dimulai.
Hadiah uang
Kompetisi secara umum menyediakan hadiah uang atau prize money bagi tim yang menang atau imbang.
Ada pula yang menyediakan uang tampil, di luar kemenangan atau hasil imbang, UEFA memberlakukannya di Liga Champions dan Liga Europa.
jadi ketika tampil di dua ajang itu, setiap klub minimal menerima uang tampil per pertandingan. Jika menang atau imbang, klub akan mendapat tambahan hadiah uang.
Tidak heran, klub di Eropa berlomba-lomba masuk ke Liga Champions atau Liga Europa. Bagi tim elite, targetnya menjadi juara atau sebisa mungkin lolos hingga fase minimal perempat final.
Penyebabnya itu tadi, hadiah uang yang relatif besar --terutama Liga Champions.
Liga Champions memberi hadiah uang 15 juta euro atau Rp261 miliar, sedangkan runners-up menerima 10,5 juta euro atau Rp182 miliar.
Sementara hadiah uang untuk fase grup Liga Champions adalah 12 juta euro atau Rp209 miliar.
Adapun liga-liga domestik juga menyediakan hadiah uang. Secara umum, nilai uang berdasarkan posisi klub di klasemen akhir. Jadi makin tinggi posisi sebuah klub, makin besar hadiah uangnya.
Merchandise
Pemasukan dari pos ini sebenarnya tidaklah besar, minimal tidak semua klub bisa mendapatkan angka yang besar.
Barcelona adalah klub dengan pemasukan terbesar dari pos ini. Klub Catalunya ini meraup pendapatan signifikan dari merchandise dan aktivitas lisensi kreatif.
"Barcelona adalah contoh bagaimana sebuah klub beradaptasi dengan perubahan pasar. Mereka mengurangi ketergantungan pada hak siar dan fokus menumbuhkan penghasilan komersialnya," ujar Dan Jones dari Sports Business Group Deloitte.
Barcelona mengantongi pemasukan 385 juta euro atau Rp6,6 triliun dari aktivitas komersialnya pada semusim lalu.
Baca Juga: Barcelona Takut Merugi karena Pandemi Covid-19
Transfer Pemain
Secara umum, pemasukan dari pos ini tidak selalu bisa diandalkan. Sebuah klub bisa saja membeli pemain dengan harga tertentu, tapi menjualnya di bawah harga pembelian alias rugi.
Namun, jika ada keuntungan yang cukup signifikan, klub bisa menggunakan uangnya untuk membeli pemain lain.
Misalnya ketika Tottenham Hotspur menjual Gareth Bale ke Real Madrid pada 2013 dengan nilai termahal ketika itu, 85,1 juta pounds. Padahal Bale direkrut Tottenham secara gratis.
Tottenham kemudian menggunakan kentungan itu untuk memboyong Roberto Soldado 26 juta poiunds, Paulinho 17 juta pounds, Nacer Chadli 7 juta pounds, Christian Eriksen 11,5 juta pounds, Etienne Capoue 9 juta pounds, Erik Lamela 26 juta pounds, dan Vlad Chiriches for 8,5 juta pounds.
Transfer pemain lebih sering diandalkan klub-klub kecil untuk mengumpulkan receh. Ini dilakukan oleh klub seperti Udinese yang memiliki sister clubs Watford dan Granada atau Leicester City.
Sementara klub besar, menurut Simon Kuper dan Stefan Szymanski dalam buku Soccernomics (2009), lebih sering membuat kesalahan transfer. Seorang pemain dibeli dengan mahal tapi performanya jauh dari harapan.
Baca Juga: Liga Inggris Ditunda, Tottenham Hotspur Untung
Sponsor
Ini adalah pos yang cukup menggiurkan. Makin besar nama klub dan kian sering juara, makin banyak sponsor yang ingin masuk dengan iming-iming uang yang signifikan.
Lihat Man United yang mengikat Chevrolet dengan angka sekitar 50 juta pounds atau Rp897 miliar per tahun.
Kemampuan Man United menggaet Chevrolet dengan angka kontrak yang cukup mahal itu disebabkan oleh brand klub yang sudah kuat. Padahal Man United sedang kering gelar juara.