- Wellyanson Situmorang merupakan pebasket yang sukses di lapangan maupun kantor.
- Saat ini, mantan pemain Satria Muda Jakarta itu bekerja di PT Antam.
- Ia menjadikan legenda Phoenix Suns, Charles Barkley, sebagai teladan dalam bermain.
SKOR.id - Wellyanson Situmorang adalah salah satu tokoh penting dalam kesuksesan Satria Muda Jakarta membuat dinasti dalam liga basket Indonesia pada medio 2004-2012.
Saat itu, Satria Muda meraih tujuh titel dalam delapan musim. Sekaligus mencatatkan mereka sebagai klub papan atas Indonesia.
Baca Juga: Pemain Satria Muda Sandy Ibrahim Ungkap Tips Bugar Saat Puasa Ramadan
Wellyanson Situmorang pensiun dari basket usai Satria Muda juara NBL Indonesia 2011-2012. Padahal, waktu itu, ia masih 30 tahun.
Usai pensiun, pria kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara tersebut memilih bekerja kantoran. Dua perusahaan besar meliriknya.
Karier seorang Wellyanson Situmorang di kantor bermula di sebuah perusahaan kolega pemilik Satria Muda, Erick Thohir, Handy Soetedjo.
Setelah setahun, dirinya pindah ke perusahaan Minyak dan Gas (Migas) Vico. Wellyanson Situmorang bertahan selama 2,5 tahun.
Lalu, ia berkarier di salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Aneka Tambang (Antam), yang identik dengan jual-beli emas batangan.
Hingga saat ini, Wellyanson Situmorang masih bekerja di PT Antam. Namun, hal itu tak membuatnya melupakan basket.
Bahkan, pria yang berposisi power forward itu jadi andalan tim basket PT Antam saat juara Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) BUMN 2016.
"Sekarang saya main basket dua kali dalam seminggu sama teman-teman kantor," ujar Wellyanson Situmorang seperti dikutip dari iblindonesia.com.
Terkait inspirasi dalam bermain, sosok yang akrab disapa Welly tersebut mengaku sangat mengagumi seorang Charles Barkley.
Wellyanson Situmorang selalu mempelajari cara bermain eks pebasket Phoenix Suns dan Houston Rockets tersebut.
Baca Juga: IBL Terganggu Covid-19, Satria Muda Masih Bayar Penuh Gaji Pemain
Sebagai seorang power forward, Wellyanson tak terlalu tinggi, hanya 188 cm. Sama dengan yang Charles Barkley yang ada di bawah rata-rata power forward NBA kala itu.
"Saya belajar dari melihat Charles Barkley bermain. Butuh power forward lebih untuk bersaing dengan yang lebih tinggi," ia mengungkapkan.