- Serial dokumenter The Last Dance episode 7 dan 8 menguak sisi gelap Michael Jordan.
- Mentalitas juara dan kompetitif yang dimiliki Michael Jordan seperti pisau bermata dua.
- Legenda Chicago Bulls tersebut dianggap sebagai orang yang keras terhadap rekan setim.
SKOR.id - Micheal Jordan terkenal dengan berbagai prestasi baik bersama Chicago Bulls maupun tim nasional basket Amerika Serikat.
Tidak hanya itu, Michael Jordan juga sosok kompetitif yang haus kemenangan. Tapi, ada sisi kurang mengesankan dari Michael Jordan selama aktif bermain di NBA.
Ia kerap dianggap melakukan perundungan karena memperlakukan teman setim sebagai rival yang harus memiliki kemampuan setara dengannya ketika latihan.
Potret tersebut tergambar jelas pada serial dokumenter The Last Dance episode 7 dan 8 yang diputar pada akhir pekan kemarin.
Berita Michael Jordan Lainnya: Sempat Kecanduan Judi, Michael Jordan Terlilit Kasus Hukum dan Utang
"Mentalitas saya adalah bertanding dan menang dengan cara apa pun," ujar MJ, panggilan Michael Jordan, dalam cuplikan The Last Dance yang ditulis ESPN.
"Jika Anda tidak mengikuti ritme itu, jangan pernah berada di dekat saya. Saya akan mengejek Anda sampai memiliki kemampuan selevel. Jika tidak, maka neraka bagi Anda."
Mentalitas MJ ini ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi itu membuatnya berprestasi. Namun di sisi lain hal tersebut sumber pertengkaran dengan rekan setimnya.
Mantan rekan setim Jordan, Jud Buechler, menyebut seluruh pemain Bulls saat itu mengalami perundungan dan takut pada sang legenda.
"Kami sebagai rekan setim takut padanya. Faktor ketakutan kepada MJ sangat kentara," kata Buechler, small forward Bulls saat membuat three-peat kedua NBA pada 1996-1998.
Rekan setim lainnya, Will Perdue, juga mengatakan hal yang sama. Meskipun, akhirnya mantan center itu sadar bahwa apa yang dilakukan MJ semata untuk kebaikan para pemain.
Mantan guard Chicago Bulls, BJ Armstrong, menambahkan bahwa MJ memiliki kepribadian buruk yang tidak bisa ramah kepada orang lain.
"Dengan mentalitas seperti itu, Anda tak mungkin bisa ramah," ucap Armstrong. "Dia akan sulit didekati jika bukan karena kecintaannya kepada basket. Dia orang yang keras."
Tidak hanya sesama pemain, mantan pelatih Chicago Bulls, Phil Jackson, juga mengakui sifat kompetitif MJ sering terbawa hingga latihan.
"Dia sangat rajin berlatih dan mungkin sering melawan orang lain," kata pelatih yang mengantar Bulls mencetak dua three-peat di NBA pada 1991-1993 dan 1996-1998.
"Saya pun pernah bilang agar dia mencoba untuk bersabahat dengan pemain lain karena itu juga perannya sebagai kapten."
Berita Basket Lainnya: Indonesia Tuan Rumah Kualifikasi FIBA World Cup 2023
Uniknya, Jordan sendiri menyadari citra buruknya akan terlihat jelas setelah orang menonton serial dokumenternya.
"Coba tanya ke semua teman setim saya, apa yang terbesit soal Michael Jordan. Mereka pasti bilang: 'Dia tidak pernah meminta saya melakukan yang tidak dia lakukan'," ujar MJ.
"Ketika menonton ini orang akan berkata, 'Ia bukan orang yang ramah. Mungkin dia tiran'. Itulah Anda (yang berkomentar). Karena Anda tidak pernah menang apa pun."
MJ menegaskan, tindakan dan sikapnya itu bukan tanpa alasan. "Saya ingin menang tetapi juga ingin tim saya juga merasakan kemenangan itu," ucapnya.
Suka tidak suka, sifat kompetitif Michael Jordan membuatnya menjadi legenda basket NBA hingga saat ini bahkan hingga 20 tahun setelah pensiun.
Michael Jordan adalah ikon. Bahkan seorang awam pun akan mengenal Michael Jordan sebagai legenda hidup basket dunia.