- Red Bull Racing berhasil mengakhiri dominasi Mercedes di F1 dalam dua tahun terakhir.
- Chief Technical Officer Red Bull, Adrian Newey, berujar kuncinya adalah memiliki mesin yang kompetitif.
- Loyalitas dan kekompakan tim juga punya andil besar dalam performa apik Red Bull.
SKOR.id - Dominasi Mercedes yang berkepanjangan dalam Formula 1 (F1) periode 2014-2020 telah memberikan pelajaran berharga bagi Red Bull Racing.
Mercedes menikmati periode superioritas berkelanjutan di F1 pada awal era hybrid V6 yang ditandai dengan 15 kemenangan dari 16 gelar yang ditawarkan antara 2014-2019, termasuk delapan mahkota konstruktor berturut-turut yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Selama kurun waktu itu, Red Bull berjuang untuk sukses dengan unit mesin Renault yang ternyata kurang kompetitif. Akhirnya, tim asal Austria itu memutuskan beralih ke power unit Honda mulai 2019.
Di bawah kekuasaan Honda, Max Verstappen merebut gelar juara dunia pertama Red Bull sejak 2013 dalam kemenangannya yang kontroversial pada 2021 atas Lewis Hamilton.
Super Max berhasil melanjutkan performa apiknya sepanjang musim ini yang diakhiri titel juara dunia untuk kali kedua secara beruntun. Red Bull pun meraih gelar konstruktor.
Berkaca dari kesuksesan tim memutuskan dominasi Mercedes dalam dua tahun terakhir, Chief Technical Officer Red Bull, Adrian Newey, berujar kuncinya adalah memiliki mesin yang kompetitif.
"Kami memasuki era hybrid, dan Renault salah, jadi itu cukup menyedihkan karena Anda menyadari bahwa di masa mendatang jika Anda melakukan pekerjaan yang spektakuler, Anda mungkin meraih kemenangan yang aneh, tetapi Anda tidak akan pernah menang kejuaraan," ujar Newey.
"Itu reset. Saya pikir salah satu kekuatan tim adalah bahwa kami menundukkan kepala dan melewati periode itu sehingga ketika kami memiliki unit tenaga yang bagus lagi dengan kemitraan dengan Honda, kami dapat merespons."
Kesuksesan Red Bull bukan hanya datang dari faktor mesin atau mobil semata, namun juga orang-orang di baliknya yang terus bekerja keras. Seperti yang diutarakan prinsipal tim, Christian Horner.
"Hal terpenting adalah menjaga tim tetap bersatu, fokus pada hal-hal yang dapat kami kendalikan," Horner menuturkan.
"Kami memiliki loyalitas yang besar selama periode itu. Honda berbagi semangat yang sama, kami mengambil risiko itu, dan kami kemudian dapat benar-benar mulai mendapatkan fondasi untuk tantangan kejuaraan."
Lebih lanjut, Horner memberikan kredit khusus untuk Newey yang telah memberikan pengaruh begitu besar dibalik kesuksesan Red Bull di F1.
"Adrian adalah satu-satunya sosok yang bisa melihat udara," tambah Horner.
"Saya harus berdebat dengan Ron Dennis untuk mengeluarkannya dari McLaren. Kami jelas mengalami pasang surut selama bertahun-tahun, tapi itu selalu menyenangkan."
"Kami selalu mendapat dukungan besar dari grup, dari Dietrich (Mateschitz) dan dari Helmut (Marko), dan itu memungkinkan kami untuk fokus menjadi tim balap terbaik yang kami bisa."
Berita Formula 1 Lainnya:
Eks Pembalap F1 Sebut Red Bull Racing Belum Sekuat Mercedes di Era Hybrid
Toto Wolff Sesumbar Budget Cap Untungkan Mercedes sebagai Tim Terhebat di F1