- Stephanus Widjanarko merupakan warga negara Indonesia yang berkiprah di dunia Formula 1 (F1) sebagai engineer tim AlphaTauri.
- Alumni ITB ini bekerja untuk Scuderia Toro Rosso sejak 2013 dan masih bertahan saat tim itu berganti nama menjadi AlphaTauri pada musim 2020.
- Stephanus Widjanarko tergabung dan bekerja dalam aero performance team milik AlphaTauri sejak awal musim 2019.
SKOR.id - Tak banyak orang Indonesia yang bisa berkarier di ajang balap seprestisius Formula 1 (F1). Namun, Stephanus Widjanarko adalah salah satu orang yang beruntung itu.
Pria bernama lengkap Stephanus Michael Dwiprasetyo Widjanarko ini ternyata sudah hampir sewindu berkecimpung di dunia F1. Bukan menjadi pembalap, melainkan sebagai engineer.
Tephie, nama panggilannya, bekerja untuk Scuderia Toro Rosso sejak 2013. Ia pun terus bertahan, termasuk saat timnya berganti nama menjadi AlphaTauri mulai musim ini.
Terkait perannya sebagai engineer AlphaTauri, Stephanus Widjanarko secara spesifik ditempatkan dalam tim yang mengurusi aerodinamika mobil balap tim asal Italia tersebut.
Sementara itu, sosok Tephie sempat menjadi perhatian beberapa pencinta F1 di Tanah Air tepatnya kala pembalap AlphaTauri, Pierre Gasly, memenangi GP Italia 2020.
Kemenangan yang diukir Pierre Gasly di Sirkuit Monza, Italia, pada Minggu (6/9/2020) tersebut begitu bersejarah. Wajar jika kubu AlphaTauri menyambutnya dengan suka cita.
Sosok Tephie yang saat itu sedang larut dalam euforia kemenangan dan tersorot kamera pun dikenali oleh fan F1 Indonesia, padahal sebagian wajahnya tertutup masker.
Waktu lihat highlight GP Italia pas Gasly menang, ada sosok yang nongolnya telat ikut merayakan kemenangan pertama AlphaTauri (Toro Rosso) sejak 2008.
Dia adalah Stephanus Widjanarko, salah satu Aero Engineer di tim tersebut, alumni Teknik Mesin ITB. pic.twitter.com/TYbuWngPKu— Hmm (@antaschumacher) September 9, 2020
Dua pekan setelah kemenangan itu, Skor.id baru punya kesempatan untuk berbincang singkat via telepon dengan Tephie yang tinggal di Bicester, Inggris.
Wawancara dilakukan pada Sabtu (19/9/2020) atau saat F1 2020 sedang tak menggelar akhir pekan balap sehingga pria kelahiran 24 Mei 1986 itu punya waktu lebih senggang.
Simak penuturan Stephanus Widjanarko kepada Skor.id terkait bagaimana kiprahnya sebagai orang Indonesia yang bekerja di dunia F1.
Bagaimana awalnya Tephie bisa bekerja di F1?
Dulu saya sekolah di ITB (Institut Teknologi Bandung) ambil teknik mesin 2004-2008. Lulus tepat waktu, lalu saya cari kesempatan sekolah ke luar dan dapat beasiswa ke Belanda.
Pada 2009 saya mulai sekolah di Belanda selama dua tahun. Sebenarnya, jurusan yang saya ambil itu enggak langsung berhubungan dengan otomotif tetapi lebih ke renewable energy.
Saya dulu mengamati aerodinamika dari wind turbine blade (bilah turbin angin). Nah, kebetulan saya ketemu orang yang sempat kerja di F1 saat magang pada tahun 2010.
Dari situ kami cerita-cerita. Kemudian saya kembali ke sekolah, menyelesaikan tugas akhir, terus saya melamar kerja di berbagai perusahaan.
Mumpung masih di Eropa, saya coba-coba saja kirim lamaran ke berbagai macam industri dan kebetulan dapat (pekerjaannya) di sini, Toro Rosso.
Lalu, bagaimana proses seleksinya waktu itu?
Proses seleksi sih biasa, kayak melamar kerja lainnya. Jadi, saya kirim CV (curriculum vitae) via online dan kebetulan dibalas (yang isinya) apakah benar tertarik dan mau interview.
Habis itu saya datang ke tempat interview dan sudah begitu saja. Selayaknya melamar di perusahaan biasa, enggak ada yang aneh-aneh.
Setelah diterima, dulu awalnya saya ditempatkan di Italia (Faenza, markas Toro Rosso) untuk mendesain aerodinamika. Dulu kan lebih banyak pakai simulasi komputer.
Lalu saya ditawari pindah ke Inggris karena fasilitas wind tunnel-nya ada di sini. Jadi, lebih terintegrasi dan aktivitasnya lebih besar di sini.
Kemudian dua tahun terakhir ini saya pindah ke performance team (lebih spesifiknya di aero performance) untuk tim balap sejak awal 2019.
Sebagai tim aero performance, apa saja pekerjaan Tephie di AlphaTauri?
Kalau soal pekerjaan, saya enggak bisa kasih tahu secara detail dan banyak. Tetapi secara garis besar saya terlibat aktivitas teknis, seperti menyiapkan part hingga set up mobil.
Kami melihat data dan mencari apa saja kendala pada mobil yang harus diperbaiki sebelum menuju ke trek. Saat race week, kami memulai aktivitas sejak hari Kamis.
Pada hari itu, kami sudah ada di trek dan mulai membangun mobil karena Jumat sudah mulai digunakan untuk latihan bebas. Kurang lebih seperti itu kegiatan selama race week.
Kalau lagi off-season, kami bekerja mencari solusi dari berbagai masalah atau mengerjakan proyek yang enggak sempat dilakukan saat season berlangsung.
A new front wing for @AlphaTauriF1 at @MugelloCircuit with the team appearing to find a loophole that allows them to divert airflow from above the footplate inboard.#TechF1 pic.twitter.com/v2e5ffznaR— Matthew Somerfield (@SomersF1) September 10, 2020
Terus, kapan waktu liburnya?
Ya biasanya setelah selesai balapan (musim), sekitar bulan Desember minggu pertama atau kedua, orang-orang pada ambil libur cukup lama.
Nanti baru kembali mungkin pas sudah dekat dengan winter testing pada pertengahan Februari dan langsung melakukan persiapan.
Jadi, kurang lebih siklus aktivitasnya seperti itu. Saya juga sering balik ke Indonesia untuk ketemu orang tua dan teman-teman.
Kembali ke urusan balapan. Apakah Tephie selalu ikut rombongan AlphaTauri saat race week?
Saya biasanya bergantian dengan teman, dibagi dua. Kurang lebih setengah-setengah lah dalam satu musim, tergantung jadwal saja.
Waktu di Sirkuit Monza, Italia kemarin kebetulan lagi jadwal saya. Enggak menyangka sih bisa menang juga.
Bagaimana tekanan yang dirasakan Tephie saat bekerja sebagai engineer tim F1?
Ya tergantung fasenya. Kalau lagi race week end, kami memang dituntut untuk konsentrasi tinggi dan sempurna.
Hari-hari di kantor pun seperti itu, cuma beda kegiatan antara di trek dan kantor. Jadi tuntutannya jelas berbeda.
Sebagai engineer, apakah bayaran kerja di dunia F1 sangat mencukupi?
Ya cukup atau enggak itu relatif banget. Tetapi kalau saya sih cukup-cukup saja sejauh ini.
Cuma ya balik lagi, kalau bicara uang itu selalu relatif (tergantung dengan kondisi masing-masing).
Apa suka dan duka bekerja di industri F1?
Dukanya ya harus jauh dari keluarga dan teman-teman di Indonesia. Kalau sukanya ya F1 ini proyeknya menarik sih, terus saya juga bisa berkunjung ke negara-negara lain juga.
Walaupun pas race week sebenarnya juga enggak banyak yang bisa dilihat atau pergi ke pusat kotanya. Praktis, kami cuma lihat trek sama hotel saja.
Apa perbedaan terbesar yang dirasakan Tephie bekerja di F1 pada masa pandemi Covid-19 ini?
Pertama, jelas enggak ada penonton waktu balapan. Sekarang aktivitas kami juga lebih terbatas, pakai masker ke mana-mana, traveling (berpindah negara antar-seri) juga susah.
Namun, dari segi aktivitas sih enggak banyak terpengaruh. Memang betul tidak ada penonton, tetapi pas kerja di trek kami praktis hanya fokus ke balapan.
Kadang kami baru sadar kalau tidak ada penonton pas sudah selesai balapan di hari Minggu. Ya karena kami konsentrasi dan fokus sama pekerjaan.
Oh iya, berbagai media menyebut Tephie orang Indonesia pertama yang kerja di F1. Apakah Tephie punya informasi soal kabar tersebut?
Saya juga enggak tahu dan enggak pernah ngecek atau cari yang sampai gimana-gimana. Cuma katanya sih iya, tetapi saya enggak tahu (kebenarannya).
Mungkin sudah ada sebelumnya tetapi enggak ada orang yang menyorot. Kalau sekarang, saya memang sendiri.
Misalkan ada yang lain pasti saling menghubungi, toh sesama orang Indonesia juga.
Masih punya mimpi lain di F1? Ditarik ke Red Bull Racing mungkin? Atau kerja di industri lain?
Waduh! Enggak tahu kalau itu (ditarik ke Red Bull Racing). Ya lihat nanti bagaimana jalan hidup hehehe.
Saya masih pengin di engineering ini sih. Cuma sekarang juga banyak yang menarik di mana-mana, mungkin bisa ke bidang data science atau artificial intelligence ke depan.
Sejauh ini belum ada keinginan pindah, tetapi saya juga membuka kemungkinan ke industri lain nantinya.
Siapa pembalap F1 favorit sepanjang masa?
Waduh. Siapa ya? Karena saya banyak nonton (sebagai fan) yang zaman dulu, favorit saya mungkin Michael Schumacher.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita F1 Lainnya:
Ada Sentuhan Orang Indonesia di Balik Kemenangan Pierre Gasly di F1 GP Italia 2020
Mattia Binotto Berambisi Duplikasi Mobil F1 Ferrari pada Era Keemasan